HMI desak ASEAN akhiri kekerasan di Myanmar
Mahfut menilai Indonesia menjadi negara yang paling penting dalam memberikan solusi kepada Myanmar
Jakarta Raya
JAKARTA
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam atau PB HMI mendesak ASEAN melakukan konsolidasi mengakhiri krisis kekerasan di Myanmar.
Ketua komisi Hubungan Internasional PB HMI Mahfut Khanafi mengatakan kudeta militer Myanmar menjadi salah satu ujian bagi ASEAN dalam menciptakan kedamaian, keamanan, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan Asia Tenggara.
“Kudeta militer di Myanmar menjadi peringatan besar bagi ASEAN sebab eksistensi lembaga ini sudah diragukan kemanfaatannya pasca terjadi krisis kemanusian di negara yang sama, kini waktunya ASEAN melakukan konsolidasi politik guna mencari solusi,” kata Mahfut dalam keterangan tertulisnya pada Jumat.
Mahfut menilai Indonesia menjadi negara yang paling penting dalam memberikan solusi kepada Myanmar.
Selain negara besar dengan sistem demokrasi di ASEAN, kata dia, Indonesia juga pernah mempunyai pengalaman serupa saat reformasi 1998.
“Paling tidak dengan pengalaman tersebut Indonesia mampu melakukan kanalisasi sehingga dapat memberi solusi jalan tengah bagi krisis politik di Myanmar,” terang Mahfut.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan setidaknya 61 orang tewas sejak militer melakukan kudeta di Myanmar pada 1 Februari lalu.
Fortify Rights mengatakan sedikitnya 38 tewas pada Rabu oleh kekerasan yang dilancarkan militer dan polisi Myanmar.
"Jenderal Senior Min Aung Hlaing dan junta pembunuh secara sistematis meneror rakyat Myanmar," kata Ismail Wolff, Direktur Regional Fortify Rights dalam pernyataan tertulis pada Kamis.