Antara ‘Kera’ dan ‘Keras’ penyulut konflik di Wamena
Komnas HAM jelaskan asal muasal kerusuhan di Wamena. Komnas HAM menilai kerusuhan ini sistematis dan tidak jelas siapa yang menggerakkan, termasuk ada suara letusan senjata di mana-mana

Jakarta Raya
JAKARTA
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengungkapkan asal mula konflik di Wamena.
Salah satunya dipicu oleh kesalahpahaman pengucapan antara kata ‘kera’ dengan ‘keras’ yang diucapkan seorang guru kepada muridnya.
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menceritakan, pada hari Selasa, 17 September lalu ada seorang guru pengganti bernama Riris meminta murid-muridnya untuk membaca dengan keras karena murid tidak membaca pelajaran yang dimintanya dengan jelas.
Riris mengajar sebagai guru pengganti untuk menggantikan guru yang berhalangan hadir.
Namun, pengucapan kata ‘keras’ oleh Riris ditangkap sebagai kata ‘kera’ oleh sebagian murid kelas XI SMA PGRI Wamena.
“Hari Rabu tidak ada masalah sampai Jumat, Sabtu baru mulai ribut dan murid marah-marah karena menganggap guru menyebut murid dengan sebagai kera,” ungkap Taufan, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Taufan menambahkan saat itu sudah dilakukan klarifikasi dan Riris menegaskan bahwa dia tidak menyebut murid dengan kata ‘kera’.
“Klarifikasi sudah dilakukan dan mereka sudah maaf-maafan dan bahkan sudah nyanyi bersama karena ada murid yang ulang tahun,” urai Taufan.
Menurut dia, Riris juga tidak menyadari bahwa kejadian tersebut akan berbuntut pada terjadinya konflik lanjutan, hingga kemudian pada hari Minggu, 22 September ada penyerangan ke sekolah dan pada keesokan harinya, sekolah sudah rusak.
“Kepala Sekolah sudah melarang Riris ke sekolah pada Senin. Kemudian datanglah siswa marah-marah dengan rombongan lainnya,” tambah Taufan.
Menurut dia, kondisi inilah yang harus diinvestigasi karena aksi protes siswa yang berujung pada pengrusakan sekolah juga diikuti oleh banyaknya massa lainnya yang tidak jelas asal usulnya.
“Massa itu tidak jelas karena banyak masyarakat sekitar yang merasa tidak kenal dengan massa yang datang berdemo. Ini harus diinvestigasi,” tegas Taufan.
Dia mengatakan kejadian ini unik karena setelah kesalahpahaman yang terjadi pada hari Selasa antara guru Riris dengan muridnya, sudah diklarifikasi dan sudah bermaaf-maafan.
“Kerusuhan ini sistematis dan tidak jelas siapa yang melakukan termasuk ada suara letusan senjata di mana-mana dan mereka (masyarakat) tidak bisa memastikan siapa pelakunya karena peristiwa ini di luar dugaan,” ungkap Taufan.
Dia menyayangkan kesalahpahaman internal yang terjadi hanya di dalam ruang lingkup kecil kelas XI bisa meluas dan meletus menjadi konflik besar dengan datangnya massa dari berbagai penjuru sehingga menimbulkan kekerasan.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.