Dunia

Qatar sebut pelanggaran gencatan senjata di Gaza 'mengecewakan dan buat frustrasi'

PM Qatar Al-Thani desak kedua pihak untuk pertahankan gencatan senjata, dan tegaskan Washington tetap berkomitmen pada kesepakatan tersebut

Rabia Iclal Turan  | 30.10.2025 - Update : 30.10.2025
Qatar sebut pelanggaran gencatan senjata di Gaza 'mengecewakan dan buat frustrasi'

WASHINGTON 

Perdana Menteri Qatar sekaligus Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani pada Rabu mengatakan bahwa Doha menganggap pelanggaran gencatan senjata Israel di Gaza baru-baru ini “mengecewakan dan membuat frustrasi,” meski begitu mereka segera bergerak dan berkoordinasi penuh dengan AS untuk mengatasi masalah tersebut.

Berbicara di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, Al-Thani mengatakan bahwa selama proses tersebut, Qatar telah menyaksikan banyak pelanggaran gencatan senjata, banyak di antaranya tidak dilaporkan karena kurang signifikan.

"Namun, kejadian kemarin, sejujurnya, sangat mengecewakan dan membuat frustrasi bagi kami. Kami berusaha menahannya, dan kami langsung bergerak setelah kejadian ini, dengan koordinasi penuh bersama Amerika Serikat, dan kami melihat bahwa AS juga berkomitmen pada kesepakatan ini," tekan dia.

Menlu Qatar mengatakan insiden pada Selasa itu merupakan "pelanggaran oleh pihak Palestina," meski Hamas membantah terlibat dalam serangan yang mengakibatkan tewasnya seorang tentara Israel di kota Rafah, Gaza selatan.

"Kami belum tahu. Kami belum memiliki verifikasi apakah ini benar atau tidak," ujar dia, sambil menekankan bahwa Qatar tetap fokus untuk memastikan gencatan senjata tetap berlaku.

"Saya yakin apa yang terjadi kemarin merupakan pelanggaran," kata Al-Thani, seraya menambahkan bahwa "kedua pihak utama mengakui bahwa gencatan senjata harus dipertahankan dan mereka harus mematuhi perjanjian tersebut."

Qatar, bersama Turkiye, Mesir, dan Amerika Serikat, memediasi kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pada 10 Oktober. Keempat negara menandatangani dokumen yang meresmikan perjanjian tersebut dalam pertemuan puncak internasional yang diselenggarakan oleh Mesir di kota resor Laut Merah, Sharm el-Sheikh.

Pernyataannya muncul setelah tentara Israel membunuh lebih dari 100 warga Palestina, termasuk 46 anak-anak, di Jalur Gaza sejak Selasa malam, melanggar perjanjian gencatan senjata yang berlaku sejak 10 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Serangan terbaru Israel juga melukai 253 orang, termasuk 78 anak-anak dan 84 wanita, tambah kementerian tersebut.

Data kementerian menunjukkan bahwa sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober, setidaknya 211 orang telah tewas dan 597 lainnya terluka dalam serangan Israel.

Tentara Israel telah menewaskan lebih dari 68.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, di Gaza setelah serangan lintas batas oleh Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Pengeboman tanpa henti tersebut telah membuat daerah kantong tersebut hampir tidak dapat dihuni dan menyebabkan kelaparan serta penyebaran penyakit.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.