ISTANBUL
Kunjungan Paus Leo XIV ke Turkiye menarik perhatian luas karena membawa dimensi keagamaan dan geopolitik yang signifikan. Dalam artikel analisis yang ditulis oleh Prof. Dr. Bekir Zakir Coban dari Universitas Aegean, kunjungan tersebut dinilai memiliki bobot sejarah, simbolik, dan strategis, terutama dalam konteks perang Rusia-Ukraina serta tragedi kemanusiaan yang berlangsung di Gaza.
Menurut Coban, kunjungan Paus menunjukkan kelanjutan peran pemimpin Vatikan sebagai aktor moral sekaligus diplomatik dalam isu-isu global.
Dia menegaskan bahwa pesan-pesan yang disampaikan Paus bersama Presiden Recep Tayyip Erdogan akan menjadi dukungan penting bagi solidaritas internasional terhadap warga Palestina dan kritik terhadap tindakan Israel.
Akar sejarah hubungan Vatikan–Turkiye
Artikel tersebut menyoroti bahwa sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat, para Paus memainkan peran tidak hanya sebagai pemimpin keagamaan tetapi juga politik.
Struktur “Negara Kepausan” yang berdiri pada abad ke-8 bertahan hingga 1870 sebelum Vatikan modern lahir melalui Perjanjian Lateran tahun 1929.
Turkiye dan Vatikan membangun hubungan diplomatik pada 1960, dan sejak itu hampir semua Paus berkunjung ke Türkiye.
Paus Leo XIV melanjutkan tradisi tersebut dengan agenda tiga hari mencakup Ankara, Istanbul, dan Iznik—kota penting bagi sejarah gereja awal, khususnya Konsili Iznik tahun 325, yang menetapkan dasar-dasar kredo Kristen.
Çoban mencatat bahwa Konsili Iznik memiliki makna mendalam bagi seluruh denominasi Kristen, sehingga kunjungan Paus membawa pesan persatuan bagi komunitas global.
Dimensi spiritual dan simbolik
Selama kunjungan, Paus bertemu para pemimpin gereja Katolik dan Ortodoks, termasuk Patriark Ekumenis Bartholomeos.
Coban menekankan bahwa spekulasi tentang penyatuan gereja Ortodoks dan Katolik tidak memiliki dasar, karena pertemuan itu bersifat simbolik dan merupakan bagian dari tradisi diplomasi antar gereja.
Turkiye, yang menyimpan situs-situs Kristen bersejarah seperti Antiokhia, Efesus, dan lokasi misi Santo Paulus, dipandang sebagai wilayah penting dalam sejarah Kekristenan. Hal ini memperkuat alasan kunjungan Paus dalam konteks perayaan 1.700 tahun Konsili Iznik.
Dimensi politik: Gaza, Ukraina, dan peran Turkiye
Aspek politik kunjungan Paus Leo XIV sangat berkaitan dengan konflik yang terjadi di kawasan. Coban menilai bahwa pesan Paus dari Turkiye tentang Gaza dan Ukraina akan memiliki dampak moral dan diplomatik yang signifikan di tingkat internasional.
Dia menyebut bahwa Türkiye berperan aktif dalam diplomasi regional, sehingga pemilihan Türkiye sebagai lokasi kunjungan pertama Paus bukanlah kebetulan, melainkan bentuk pengakuan terhadap posisi Ankara sebagai pemain utama dalam isu Timur Tengah.
Sejarah panjang hubungan Ottoman–Vatikan
Analisis ini juga mengingatkan adanya hubungan panjang antara penguasa Ottoman dan Tahta Suci, mencakup interaksi sejak masa Orhan Bey hingga masa Sultan Suleiman dan Sultan Mehmed II.
Dalam berbagai periode sejarah, Vatikan dan Istanbul mempertahankan hubungan diplomatik yang saling menghormati meskipun perbedaan agama.
Menghadapi keberatan dan teori konspirasi
Çoban mengakui munculnya keberatan dan teori konspirasi terkait kunjungan Paus dari sejumlah kelompok, namun menurutnya, negara tidak dapat bertindak berdasarkan ketakutan atau prasangka.
Dia menekankan bahwa Turkiye yang percaya diri tidak memiliki alasan untuk merasa terancam, dan menjalin hubungan dengan berbagai negara serta pemimpin agama merupakan bagian penting dari diplomasi modern.
[Prof. Dr.Bekir Zakir Coban adalah akademisi di Universitas Ege.]
* Pendapat yang dikemukakan dalam artikel adalah milik penulis dan mungkin tidak mencerminkan kebijakan editorial Anadolu Agency.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
