Ekonomi

Kawasan industri diarahkan mendukung teknologi informasi

Implementasi revolusi industri 4.0 memerlukan kawasan dengan koneksi internet mumpuni 

Muhammad Nazarudin Latief  | 28.06.2018 - Update : 29.06.2018
Kawasan industri diarahkan mendukung teknologi informasi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. (Dok. Kementerian Perindustrian RI - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA

Pemerintah meminta pengembang kawasan industri untuk menyediakan fasilitas teknologi informasi mumpuni pada proyek yang dibangunnya.

Kawasan yang canggih itu nantinya akan digunakan untuk mengembangkan revolusi industri 4.0 di Indonesia.

“Kawasan industri sekarang fasilitasnya tidak cukup hanya jalan raya, listrik, pipa gas. Tapi kabel fiber optik juga harus disiapkan,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam pertemuan yang digelar oleh Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI), Kamis.

Menurut Menteri Airlangga, jaringan internet yang mumpuni merupakan infrastruktur utama dalam pengembangan revolusi industri 4.0. Saat ini, kawasan industri yang diminati adalah yang menyediakan data centre dan fasilitas cloud computing serta fasilitas telekomunikasi lain.

Menurut Menteri Airlangga, salah satu fasilitas yang kini diminati adalah logistik pergudangan (warehousing) yang terintegrasi dengan teknologi informasi. Dengan teknologi informasi, fasilitas angkutan akan menjadi lebih efisien dan semakin menjangkau wilayah yang lebih luas.

“Jadi kita dorong smart logistic system, smart evironment, smart lisensing,” ujar dia.

Kawasan seperti ini, kata Menteri Airlangga, tepat untuk mengimplementasikan peta jalan ‘Making Indonesia 4.0’ yang sudah dicanangkan pemerintah. Pemerintah memprioritaskan pengembangkan lima sektor industri untuk masuk pada revolusi industri 4.0, yaitu sektor makanan-minuman, tekstil dan apparel, otomotif, kimia dan bio kimia, dan elektronik.

Kawasan industri, menurut Menteri Airlangga, berperan penting menumbuhkan perekonomian nasional.

Menteri yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini mencontohkan kawasan industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat. Industri di tempat ini mampu berkontribusi pada nilai ekspor hingga USD35 miliar. Jika jumlah ini dibagi dengan 1 juta penduduk di kawasan tersebut, maka pendapatan per kapita mereka bisa mencapai USD35 ribu per tahun.

Padahal pencapaian seperti ini, menurut Menteri Airlangga, baru dicanangkan pada 2040, saat Indonesia sudah menjadi salah satu negara dengan perekonomian yang maju.

“Jika kita bisa kembangkan kawasan seperti ini 100 lagi, maka lapangan pekerjaan, kesejahteraan dan kemakmuran bukan impian. Indonesia menjadi negara super power dengan 100 juta kelas menengah," tambah dia.

Ketua HKI, Sanny Iskandar, mengatakan sementara ini kawasan yang siap dengan kecanggihan teknologi dan sambungan internet masih berada di Pulau Jawa, khususnya koridor Jakarta-Cikampek.

Fasilitas yang ada sudah sesuai dengan kebutuhan industri di tempat tersebut, seperti otomotif atau mesin yang mengandalkan peralatan robotik dan kecerdasan buatan.

“Kawasan industri sudah bisa membantu dengan ada pusat data yang sebenarnya bisa dikembangkan lagi dengan kolaborasi dengan pelaku industri,” ujar dia.

Perusahaan Apple Inc., bahkan membuka pusat riset di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten.

Kawasan Industri Mandiri

Menurut Sanny, saat ini permintaan kawasan industri juga datang dari luar kawasan megapolitan Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodetabek) yang saat ini menjadi pilar utama industri nasional, seperti di Jawa Timur dan luar Pulau Jawa.

Jawa Timur mulai mengembangkan kawasan lain selain Surabaya Industrial Estate (SIER), PIER Pasuruan, Kawasan Industri Gresik (KIG), Ngoro Industrial Park (NIP) Mojokerto, Maspion Gresik, dan Lamongan Industrial S (LIS).

Perkembangan kawasan juga didukung oleh perusahaan besar yang mengembangkan sendiri terutama dari industri berbasis sumber daya alam dan mineral seperti pengolahan smelter feronikel.

Kisah sukses model seperti ini, sebut Sanny, terjadi di Morowali, Sulawesi Tengah, yang kini menjadi pusat pengembangan industri logam. Kawasan ini sebelumnya hanya smelter namun berkembang hingga mampu menyerap investasi hingga Rp78 triliun.

“Kita harapkan industri berbasis SDA dan mineral di berbagai wilayah juga akan menciptakan kawasan industri,” ujar Sanny.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.