Ekonomi

Indonesia luncurkan "Making Indonesia 4.0" besok 

Indonesia punya manufacturing value added di posisi 9, melampaui Inggris dan Kanada 

Muhammad Nazarudin Latief  | 03.04.2018 - Update : 04.04.2018
Indonesia luncurkan "Making Indonesia 4.0" besok  Ilustrasi aktivitas industri nasional. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA 

Pemerintah akan meluncurkan sebuah peta jalan menghadapi revolusi industri 4.0 berjudul "Making Indonesia 4.0", Rabu besok.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan, industri 4.0 harus segara diimplementasikan untuk menjawab tantangan zaman dan agar tidak tertinggal dengan bangsa lain.

“Ini untuk memperbaiki kinerja industri nasional,” ujar Haris di kantornya, Selasa.

Indonesia, kata Haris, menyiapkan lima sektor manufaktur untuk memperkuat fundamental struktur industri nasional. Kelima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, otomotif, elektronik, kimia, serta tekstil.

Menurut Haris, kunci keberhasilannya terletak pada komitmen dan partisipasi aktif dari pemerintah, swasta dan publik melalui kemitraan yang tepat sasaran.

Peluncuran “Making Indonesia 4.0” ini rencananya dilakukan bersamaan dengan acara Indonesia Industrial Summit 2018 yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Acara ini sendiri akan berlangsung dua hari dengan berbagai narasumber dari akademisi, pemerintah dan praktisi bisnis.

Dari kalangan industri yang terlibat antara lain PT SIEMENS Indonesia, Barry Callebaut, PT GE Indonesia, PT Chandra Asri Petrochemical, PT Pan Brothers, PT Sri Rejeki Isman (Sritex), IBM Indonesia, PT Astra Otoparts, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Cisco Systems Indonesia, dan PT Samsung Electronics Indonesia.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara mengatakan bahwa sektor industri hingga kini terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada 2016 lalu, nilai tambah manufaktur (manufacturing value added), posisi Indonesia melesat menjadi nomor sembilan di dunia, melampaui Inggris dan Kanada. Sebelumnya pada 2015, Indonesia menempati peringkat 11.

Menurut Ngakan, kontribusi industri pada Produk Domestik Bruto (PDB) sudah mencapai 17,8 persen. Dengan nilai tersebut, Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia dari 15 negara yang kontribusi industri manufaktur terhadap PDB‐nya di atas 10 persen.

Bahkan, lanjut Ngakan, kontribusi manufaktur Indonesia ini tertinggi di ASEAN.

“Ini menunjukkan sektor industri terus mengalami pertumbuhan yang positif,” ungkap Ngakan.

Jika dilihat dari neraca perdagangan nonmigas periode Januari 2018, tercatat Indonesia mengalami surplus sebesar USD182,6 juta dengan kontribusi terhadap ekspor mencapai 74,10 persen.

“Sektor industri berperan menyerap 17 juta tenaga kerja atau 14,05 persen dari tenaga kerja di sektor ekonomi,” imbuhnya.

Selain itu, menurut Ngakan, sektor industri berkontribusi terhadap penerimaan negara hingga Rp335 triliun melalui pajak penghasilan nonmigas dan penerimaan cukai.

“Pada 2017 merupakan periode rebound dengan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tumbuh 4,84 persen, setelah sebelumnya selama tiga tahun berturut‐turut mengalami perlambatan pertumbuhan,” terang dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.