YPG/PKK ancaman terbesar kedua setelah Daesh’
Pemimpin kelompok oposisi Kurdi di Suriah Bashar mengatakan YPG/PKK telah merugikan warga-warga Kurdi, bahkan melebihi kerusakan yang dilakukan oleh rezim Assad

Ankara
Selen Temizer
ANKARA
Pemimpin kelompok oposisi Kurdi di Suriah Abdulhakim Bashar mengatakan bahwa YPG/PKK adalah organisasi paling berbahaya setelah Daesh.
Mewakili Dewan Nasional Kurdi Suriah (ENKS) dalam Koalisi Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi, Abdulhakim Bashar menjelaskan kepada TRT World bahwa organisasi YPG/PKK sebelumnya telah berencana membunuhnya sewaktu ia tinggal di tempat kelahirannya di daerah Kamisli.
Bashar mengungkapkan bahwa YPG/PKK mengancam akan membunuh dirinya jika ia tidak menyerahkan pemerintahan daerah Kamisli dan meninggalkan distrik itu dalam waktu dua hari.
"PYD tidak mewakilkan Kurdi dan bukan juga orang Suriah yang sebenarnya. Mereka tak punya agenda untuk membela kepentingan Suriah atau pun Kurdi," lanjut Bashar.
"Mereka telah merugikan warga-warga Kurdi, bahkan melebihi kerusakan yang dilakukan oleh rezim Assad," ujar dia.
Bashar mengungkapkan PYD telah menyebabkan perpecahan antara suku Arab dan Kurdi di kawasan itu.
Untuk itu, Bashar berharap Amerika Serikat dapat membedakan antara PYD dan para warga Kurdi asli.
"Turki memiliki posisi kuat dan stabil untuk membela hak-hak rakyat Suriah,” ungkap dia.
Bashar menekankan Turki dapat membedakan mana Kurdi dan mana YPG/PKK.
YPG/PKK telah menduduki sekitar sepertiga wilayah Suriah.
Turki sejak lama menentang AS yang bersekutu dengan teroris YPG/PKK melawan Daesh, bagi Turki menggunakan satu kelompok teroris untuk melawan kelompok teror lainnya tidak masuk akal.
Dalam lebih dari 30 tahun aksi terornya melawan Turki, PKK - yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS, dan Uni Eropa - telah bertanggung jawab atas kematian sekitar 40.000 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. YPG adalah cabangnya di Suriah.
Turki akan segera meluncurkan operasi kontra-terorisme ketiga melawan teroris YPG/PKK di utara Suriah.
Pada 19 dan 20 Desember 2018 lalu, Presiden AS Trump mengungkapkan bahwa pemerintahnya akan menarik semua pasukan AS dari Suriah karena telah berhasil melaksanakan misi utama mereka yaitu mengalahkan Daesh di Suriah, yang menjadi satu-satunya alasan tentara AS di negara tersebut.
Meski Trump sudah menekankan bahwa sudah saatnya pasukan Amerika pulang ke rumah. Namun, usai mendapatkan masukan-masukan dari birokrasi pertahanan AS, pada hari-hari berikutnya Trump pun menyatakan bahwa penarikan pasukan AS dari Suriah akan dilakukan secara "perlahan dan aman".
Di sisi lain, pada saat Trump mengeluarkan gagasan pembentukan wilayah aman, pejabat AS lainnya meminta jaminan dari Turki agar tidak melakukan operasi terhadap YPG/PKK di Suriah.
Turki pun menentang permintaan untuk melindungi para teroris, sementara di sisi lain Turki mendukung gagasan pembentukan zona aman.