Politik, Dunia, Regional

Tim ICC akhiri kunjungan ke kamp Rohingya di Bangladesh

Hasil pengamatan dalam kunjungan akan membantu jaksa ICC dalam penilaian atas deportasi Rohingya dari Myanmar, kata direktur ICC

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 12.03.2019 - Update : 12.03.2019
Tim ICC akhiri kunjungan ke kamp Rohingya di Bangladesh Ilustrasi. Lambang Mahkamah Pidana Internasional (ICC). (Foto file - Anadolu Agency)

Ankara

Md. Kamruzzaman

DHAKA, Bangladesh

Tim dari kantor kejaksaan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengakhiri kunjungannya ke kamp-kamp Rohingya di Bangladesh, menyatakan komitmennya untuk melanjutkan kemajuan dalam proses pemeriksaan awal.

Setelah kunjungan selama seminggu di kamp-kamp Rohingya di Cox's Bazar, Phakiso Mochochoko, Direktur Yurisdiksi Divisi Komplementaritas dan Kerja Sama ICC berbicara kepada para wartawan di ibu kota Dhaka.

"Pemeriksaan awal yang independen dan tidak memihak dari ICC pada dugaan deportasi Muslim Rohingya dari Myanmar ke Bangladesh sedang berlangsung dan akan mengikuti arusnya. Kami berkomitmen untuk membuat kemajuan berkelanjutan pada proses pemeriksaan pendahuluan," kata Mochochoko.

"Delegasi itu juga memiliki kesempatan untuk bertukar pandangan dengan perwakilan dari berbagai lembaga PBB dan anggota komunitas diplomatik, serta akademisi dari Pusat Studi Genosida Universitas Dhaka tentang krisis Rohingya," tambahnya.

Mengenai pandangan dan keprihatinan para pengungsi Rohingya, lembaga kemanusiaan dan LSM, Mochochoko mengatakan bahwa wawasan yang diperoleh dari kunjungan ini akan membantu ICC untuk mempercepat penilaian yang sedang berlangsung.

"Pemeriksaan pendahuluan bukan investigasi, melainkan penilaian berdasarkan kriteria Statuta Roma untuk memutuskan apakah penyelidikan terhadap situasi Rohingya yang sedang berlangsung diperlukan," ujar doa.

Laporan awal ICC yang diterbitkan Desember lalu mengatakan selama operasi militer di Myanmar, lebih dari 40 persen dari semua desa di Negara Bagian Rakhine dilaporkan hancur sebagian atau total dan diperkirakan pada September 2018, lebih dari 725.000 Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.

Kelompok yang teraniaya

Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia, menghadapi ketakutan yang terus meningkat sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

Menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh tentara Myanmar.

Lebih dari 34.000 orang Rohingya juga dibakar, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, menurut laporan OIDA yang berjudul 'Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terkira'.

Sekitar 18.000 perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar sementara 113.000 lainnya dirusak.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan kekerasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

PBB mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil - pemukulan brutal, dan penculikan yang dilakukan oleh personil keamanan.

Dalam laporannya, penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. 

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.