Dunia

Solidaritas untuk Mogok Makan Pro-Palestina, Warga Afrika Selatan Desak Inggris Bertindak

Para pengunjuk rasa menyerahkan daftar tuntutan kepada perwakilan British Council dan meminta agar dokumen tersebut diteruskan kepada Duta Besar Inggris

Hassan Isilow  | 23.12.2025 - Update : 23.12.2025
Solidaritas untuk Mogok Makan Pro-Palestina, Warga Afrika Selatan Desak Inggris Bertindak

JOHANNESBURG

Sejumlah aktivis di Afrika Selatan menggelar aksi protes di depan kantor British Council di Johannesburg sebagai bentuk solidaritas terhadap para tahanan pro-Palestina yang melakukan mogok makan di penjara Inggris, serta mendesak pemerintah Inggris segera membebaskan mereka.

Dalam aksi yang digelar pada Selasa (23/12) itu, para demonstran membawa poster bertuliskan antara lain “Solidarity with the hunger strikers”, “Support Palestine Action”, dan “Trying to stop genocide is not a crime”.

Para pengunjuk rasa menyerahkan daftar tuntutan kepada perwakilan British Council dan meminta agar dokumen tersebut diteruskan kepada Duta Besar Inggris. Selain itu, tuntutan yang sama juga telah dikirimkan melalui surat elektronik kepada pihak kedutaan.

Perwakilan Palestine Solidarity Alliance (PSA), Firoza Mayet, mengatakan kondisi kesehatan para mogok makan disebut berada dalam keadaan kritis. Ia menegaskan perlunya tindakan segera dari pemerintah Inggris.

Sehari sebelumnya, sejumlah organisasi masyarakat sipil di Afrika Selatan menyatakan solidaritas mereka terhadap para mogok makan tersebut dan mendesak pemerintah Inggris memberikan jaminan pembebasan sementara serta menjamin hak atas proses peradilan yang adil, transparan, dan tepat waktu.

Dalam pernyataan bersama yang ditandatangani lebih dari 20 organisasi, para aktivis menyebut beberapa tahanan telah melewati lebih dari 50 hari tanpa asupan makanan dan berisiko meninggal dunia jika tidak ada langkah mendesak.

Para tahanan yang melakukan mogok makan itu dituduh menerobos fasilitas anak perusahaan perusahaan pertahanan Israel, Elbit Systems, di Bristol serta sebuah pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Inggris di Oxfordshire. Para aktivis menilai Elbit Systems berperan dalam penyediaan senjata ke Israel.

Pernyataan bersama tersebut juga mengingatkan pemerintah Inggris akan dampak sejarah dari penanganan mogok makan di masa lalu, merujuk pada peristiwa mogok makan tahanan politik Irlandia pada 1981 yang berujung pada kematian Bobby Sands dan sembilan tahanan lainnya.

Para aktivis dalam aksi tersebut kembali menyerukan penghentian kekerasan di Gaza dan wilayah Palestina yang diduduki. Mereka menilai pelanggaran terhadap gencatan senjata masih terus terjadi, sementara penahanan dan pembunuhan warga Palestina dilaporkan berlanjut.

Kelompok masyarakat sipil juga mengungkapkan bahwa lima dari para mogok makan di penjara Inggris berusia di bawah 31 tahun, dengan yang termuda berusia 20 tahun. Sejumlah nama yang disebut antara lain Qesser Zuhrah, Teuta Hoxha, Heba Muraisi, Kamran Ahmed, dan Amu Gib.

Menurut pernyataan tersebut, beberapa tahanan telah dirawat di rumah sakit, sementara lainnya mengalami penurunan kondisi kesehatan serius, seperti gangguan penglihatan, kehilangan ingatan, dan kadar gula darah yang sangat rendah.

Para mogok makan menuntut penghentian pembatasan komunikasi di penjara, termasuk penahanan surat, panggilan telepon, dan buku. Mereka juga menuntut pembebasan sementara bagi anggota kelompok Palestine Action yang ditahan, jaminan pengadilan yang adil dan tepat waktu, pencabutan pelabelan terorisme terhadap kelompok tersebut, serta penutupan seluruh fasilitas Elbit Systems di Inggris.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın