Dunia

Para pemimpin G7 berjanji akan jatuhkan sanksi lebih berat pada Rusia

Para pemimpin G7 mengakhiri pertemuan KTT di Jerman beberapa jam setelah serangan rudal Rusia di sebuah pusat perbelanjaan di kota Kremenchuk, Ukraina

Aysu Bicer  | 29.06.2022 - Update : 01.07.2022
Para pemimpin G7 berjanji akan jatuhkan sanksi lebih berat pada Rusia Ilustrasi (Foto file - Anadolu Agency)


SCHLOSS ELMAU, Jerman 

Menegaskan kembali sikap bersatu mereka dalam mendukung Kyiv, organisasi tujuh negara maju G7 pada Selasa berjanji untuk memberikan “sanksi ekonomi yang berat dan segera” terhadap Rusia atas perangnya terhadap Ukraina.

Para pemimpin ekonomi paling maju di dunia mengakhiri pertemuan tingkat tinggi mereka di Jerman beberapa jam setelah serangan rudal Rusia di sebuah pusat perbelanjaan di kota Kremenchuk, Ukraina yang menewaskan sedikitnya 18 orang, dan puluhan lainnya terluka atau hilang.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengecam serangan tersebut dan mengatakan itu "salah satu serangan teroris paling berat dalam sejarah Eropa," sementara para pemimpin G7 mengatakan "serangan membabi buta terhadap warga sipil tak berdosa merupakan kejahatan perang."

Menurut pernyataan akhir dari KTT, negara-negara G7 setuju untuk bekerja untuk membatasi harga minyak Rusia sebagai bagian dari langkah-langkah untuk mencegah Moskow mengambil keuntungan dari “perang agresi yang tidak dapat dibenarkan.”

“Kami menegaskan kembali komitmen kami untuk menghapus ketergantungan kami pada energi Rusia. Saat kami menghapus minyak Rusia dari pasar domestik kami, kami akan berusaha mengembangkan solusi untuk memenuhi tujuan kami mengurangi pendapatan Rusia,” ungkap pernyataan itu.

Dengan menetapkan batas harga yang dapat dikenakan Rusia untuk minyaknya, negara-negara Barat berharap dapat mengurangi pendapatan Moskow, sementara pada saat yang sama memungkinkan lebih banyak minyak untuk mencapai pasar global.

“Kami selanjutnya akan mengurangi ketergantungan pada nuklir sipil dan barang-barang terkait dari Rusia, termasuk bekerja untuk membantu negara-negara yang ingin mendiversifikasi pasokan mereka,” kata pernyataan itu.

Para pemimpin G7 mengundang “semua negara yang berpikiran sama untuk mempertimbangkan bergabung dengan kami dalam tindakan kami.”

Klub Iklim

Para pemimpin G7 mendukung proposal Jerman untuk meluncurkan Klub Iklim internasional pada akhir tahun ini, dengan mengatakan itu akan “bersifat inklusif dan terbuka untuk negara-negara yang berkomitmen untuk implementasi penuh Perjanjian Paris.”

"Kami meletakkan landasan di sini ... kami membutuhkan lebih banyak ambisi untuk mencapai target iklim kami," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz pada konferensi pers.

“Tujuan kami adalah untuk menyatukan berbagai pendekatan politik. Perlindungan iklim harus menjadi keunggulan kompetitif sehingga semakin banyak negara yang ingin bergabung.”

Krisis pangan

Para pemimpin G7 mendesak negara dan perusahaan di seluruh dunia untuk tidak menimbun makanan untuk membantu mengurangi kekurangan pangan secara global.

“Sebagai bantuan jangka pendek, kami menyerukan kepada mitra-mitra yang memiliki stok makanan besar serta sektor swasta untuk menyediakan makanan tanpa mengganggu pasar,” kata mereka dalam pernyataan itu.

Negara-negara G7 juga menjanjikan tambahan USD4,5 miliar untuk melindungi yang paling rentan dari kelaparan dan kekurangan gizi, meningkatkan komitmen keamanan pangan global mereka tahun ini di atas USD14 miliar.

Para pemimpin juga meminta Rusia untuk mengakhiri blokade pelabuhan Ukraina di Laut Hitam “tanpa syarat.”

Menyinggung hubungan dekat antara Beijing dan Moskow, para pemimpin G7 meminta China “untuk menekan Rusia untuk segera menghentikan agresi militernya – dan segera dan tanpa syarat menarik pasukannya dari Ukraina.”

Mereka juga membahas ketegangan dengan China di kawasan Asia-Pasifik.

“Kami tetap sangat prihatin dengan situasi di Laut China Timur dan Selatan. Kami sangat menentang setiap upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan yang meningkatkan ketegangan,” kata para pemimpin.

“Kami menekankan bahwa tidak ada dasar hukum untuk klaim maritim China yang luas di Laut China Selatan.”

Mengenai hak asasi manusia, para pemimpin mendesak China untuk “menghormati hak asasi manusia universal dan kebebasan mendasar, termasuk di Tibet dan Xinjiang di mana kerja paksa menjadi perhatian utama kami.”

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın