Dunia

Israel luncurkan penerbangan pertama ke UEA lewat wilayah udara Saudi

Pertemuan trilateral antara Israel, UEA dan AS akan diadakan di Abu Dhabi

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 31.08.2020 - Update : 02.09.2020
Israel luncurkan penerbangan pertama ke UEA lewat wilayah udara Saudi Delegasi Israel yang dipimpin oleh Penasihat Keamanan Nasional Meir Ben-Shabbat, dan Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien (kedua kiri), dan penasihat senior Presiden AS Trump Jared Kushner (tengah) menaiki pesawat maskapai penerbangan Israel El Al saat mereka terbang ke Abu Dhabi untuk membahas kesepakatan normalisasi antara Uni Emirat Arab dan Israel, di Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv, Israel pada 31 Agustus 2020. ( Israel Airports / Sivan Farag - Anadolu Agency )

Tel Aviv

Abdelraouf Arna'out

YERUSALEM

Penerbangan komersial pertama Israel ke Uni Emirat Arab (UEA) lepas landas dari bandara Ben Gurion pada Senin melalui wilayah udara Saudi.

Penerbangan El Al membawa delegasi Israel yang dipimpin oleh penasihat keamanan nasional Meir Ben-Shabat dan diplomat AS yang dipimpin oleh Jared Kushner, menantu dan penasihat khusus Presiden Donald Trump.

Kushner menggambarkan pengalamannya sebagai sebuah penerbangan bersejarah yang disaksikan oleh semua orang di Arab dan dunia Islam.

"Ini adalah waktu yang penuh harapan dan saya percaya bahwa begitu banyak perdamaian dan kemakmuran mungkin terjadi di wilayah ini dan di seluruh dunia," kata Kushner dalam pernyataan yang dikutip oleh Perusahaan Penyiaran Israel.

Menurut kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pertemuan Israel-Emirat-AS akan diadakan di Abu Dhabi.

Penerbangan itu mengejutkan rakyat Palestina, yang menurut Perdana Menteri Mohammed Shtayyeh, tersakiti karena melihat pesawat Israel mendarat di bandara Emirat.

Pada 13 Agustus, UEA dan Israel mengumumkan perjanjian yang ditengahi AS untuk menormalkan hubungan mereka, termasuk membuka kedutaan di wilayah masing-masing.

Sejumlah kelompok, termasuk Otoritas Palestina, mengecam kesepakatan UEA-Israel, dengan mengatakan perjanjian itu tidak melayani kepentingan Palestina dan mengabaikan hak-hak warga Palestina.

Otoritas Palestina mengatakan bahwa setiap normalisasi dengan Israel harus didasarkan pada Prakarsa Perdamaian Arab tahun 2002 dengan prinsip "tanah untuk perdamaian" dan bukan "perdamaian untuk perdamaian" seperti yang disebut Israel.

*Ahmed Asmar berkontribusi pada berita ini dari Ankara

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.