Media konvesional tak akan mati meski diserang produk digital
Tutupnya beberapa perusahaan media massa dinilai sebagai akibat terlambat menyesuaikan dengan perubahan zaman

Jakarta Raya
Muhammad Latief
JAKARTA
Pertumbuhan pesat media digital diyakini tidak akan ‘membunuh’ media konvesional, tapi malah memperbesar ekosistem media.
Executive Director Media Business Nielsen Indonesia Hellen Katherina mengatakan ketika televisi muncul pertama kali, sebagian publik juga merasakan saat itu adalah ajal radio sebagai media komunikasi.
Meski begitu, pada kenyataannya radio masih bernyawa hingga kini. Bahkan, di Amerika Serikat, radio menjadi media dengan penetrasi pasar terbesar.
Sama seperti perkembangan dua media elektronik tersebut, kemunculan media digital yang kian menjamur dinilai banyak orang dapat menjadi pembunuh media cetak.
Namun, kata Hellen, media cetak tidak akan pernah mati.
“Media cetak tidak akan mati, tapi ekosistem media yang berubah. Menjadi lebih banyak,” ujar dia, di Jakarta, Rabu.
Menurut Hellen, konsekuensi dari perubahan ekosistem itu membuat media cetak harus meremajakan diri, menyesuaikan gaya agar bisa menarik segmen yang lebih muda.
Hellen tidak menampik fenomena tutupnya media-media cetak di tanah air. Namun hal itu menurutnya adalah persoalan managerial saja alias akibat terlambat menyesuaikan dengan perubahan zaman.
Begitupun dengan media yang membawa lisensi media internasional yang gulung tikar di Indonesia. Kata Hellen, hal itu dikarenakan biaya perpanjangan kontrak yang bertambah mahal akibat merosotnya nilai rupiah.
Akhirnya, perubahan ekosistem pun menggiring para pelaku industri media berbondong-bondong membangun media digital.
Sebut saja EMTEK, yang tak hanya mengandalkan bisnis televisinya lewat SCTV dan IVM setelah membangun situs online bola.com, bintang.com, dan liputan6.com.
Atau MNC Grup yang belakangan mengembangkan portal iNews.com, setelah Okezone.com dan Sindonews.com berkibar beberapa tahun, sambil tetap mempertahankan produk mereka seperti RCTI, Global TV, MNC TV dan Koran Sindo
Pun Kelompok Kompas Gramedia yang kian mengembangkan portal kompas.com dan Grid Networks dengan berbagai fitur baru.
Penggabungan media konvesional dan media digital ini, menurut Hellen, ditujukan perusahaan-perusahaan tersebut untuk menambah jangkauan target konsumen.
“Dari data kami, penggabungan ini terbilang berhasil,” ujar dia.
Menurut Hellen, pada kuarter IV/2017 sebuah koran yang mencetak 611.000 eksemplar, mendapatkan tambahan pembaca 2.950.000 pembaca untuk versi digitalnya, sehingga total mempunyai 3.704.000 pembaca.
Survei tersebut juga menjelaskan jika pembaca Kompas versi digital (kompas.com) lebih muda dibanding kompas versi koran.
Mereka umumnya berasal dari generasi milenial (21-34 tahun) dan generasi X (35-49 tahun). Sedangkan media cetak mempunyai pembaca dengan usia yang lebih mapan.
Di tempat yang sama, EMTEK digital media yaitu bola.com dan bintang.com juga mampu menjangkau pembaca pria (54 persen) meskipun konten media ini ditujukan untuk pembaca perempuan.
Sedangkan untuk konten sepakbola ternyata bisa menjangkau pembaca perempuan (47 persen), meski pemirsa siaran bola di televisi hanya 42 persen.
“Artinya, media digital bisa menjangkau konsumen lebih luas dan tidak terduga,” ujarnya.
Kesimpulannya, menurut Hellen, media digital tidak ‘membunuh’ media konvensional, namun saling melengkapi.
“Masing-masing mempunyai target audiens yang berbeda prefesensi medianya. Namun TV tetap paling tinggi diakses oleh publik,” ujar dia.
Pakar komunikasi dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Edi Santoso mengatakan dalam catatan sejarah perkembangan media, media baru tidak serta-merta membunuh media lama.
Namun, kehadirannya memang dapat mengurangi pangsa pasar media lama.
Edi mengatakan para pelaku industri konvesional harus mempunyai program edukasi pada konsumen milenial atau generasi X agar mempunyai pengalaman personal dengan media lama.
“Sehingga tercipta ikatan mereka dengan media yang lebih tua,” ujar dia.
Keunggulan media konvensional, menurut Edi adalah kedalaman, akurasi dan kredibilitas.
Di sisi lain, tingkat kepercayaan masyarakat pada media digital cenderung menurun akibat berlimpahnya informasi serta maraknya kabar bohong.
“Orang kembali menengok media konvesional sebagai rujukan. Kalau ada pembaca, ya pasti ada bisnis media di situ,” ujar dia.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.