Nasional

Penetrasi media cetak di Indonesia hanya 8 persen

Saat ini media cetak bertahan di luar pulau Jawa, seperti Makassar yang 80 persen konsumennya lebih memilih membaca koran

Muhammad Nazarudin Latief  | 06.12.2017 - Update : 07.12.2017
Penetrasi media cetak di Indonesia hanya 8 persen Ilustrasi. (Volkan Furuncu - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA

Survey Nielsen Consumer and Media View di Indonesia yang dikeluarkan pada Rabu menunjukan bahwa pembaca media cetak setiap tahun kian menurun.

Direktur Eksekutif Nielsen Media, Hellen Katherina mengatakan penetrasi media cetak tahun ini hanya 8 persen dan dibaca oleh 4,5 juta orang.

Kondisi ini berbeda dengan lima tahun lalu, ketika media cetak dibaca oleh lebih dari 9,5 juta orang.

Alasan utama pembaca memilih koran karena nilai beritanya yang dapat dipercaya.

Karena itu, koran sangat penting bagi produk-produk yang mengutamakan unsur trust, seperti perbankan dan asuransi.

“Print reader itu usia produktif sekitar 20-40 tahun dan upper class,” ujar Hellen di Jakarta.

Saat ini media cetak bertahan pada kota-kota di luar pulau Jawa, terutama Makasar yang 80 persen konsumennya membaca konten lokal melalui koran.

Hellen juga mengungkapkan jumlah media cetak yang gulung tikar cukup banyak.

Lima tahun lalu, dia mengamati, iklan media ada sebanyak 268 media cetak. Namun di tahun ini hanya sekitar 192 media.

Di sisi lain, penetrasi media digital mencapai 11 persen dengan jumlah pembaca sebanyak 6 juta orang.

Tingginya penetrasi pembaca digital tidak hanya terjadi di Jakarta, tapi juga kota-kota besar di Pulau Jawa, seperti Bandung (25 persen), Surakarta (22 persen), Yogyakarta (19 persen) dan Semarang (12 persen).

Data ini, kata Hellen, menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada perubahan dari jumlah pembaca di Indonesia, namun hanya ada perpindahan platform untuk mengakses media.

“Versi digital mampu menjangkau pembaca generasi Z, rentang usianya 10-19 tahun,” ujarnya.

Mereka inilah, kata Hellen adalah konsumen media masa depan. Karena itu, industri media harus memikirkan cara agar segmen ini tetap membaca.

Keberlangsungan industri media cetak di Indonesia, menurut Hellen tergantung dari inovasi bisnis pelakunya.

Mereka harus mulai memikirkan model bisnis yang baru. Tidak sekadar memindahkan versi cetak ke digital, namun harus melakukan monetisasi dengan berbagai cara.

Ekosistem membaca pun juga musti ditingkatkan.

Dia mencontohkan kondisi kondisi media cetak di Malaysia dengan pembaca sebanyak 78 persen dari total penduduk. Hal itu bisa terjadi karena tingkat pendidikannya masyarakatnya yang tinggi, dan budaya membaca yang ditanamkan sejak kecil.

“Anak-anak sekolah di-encourage sejak dini harus baca koran,” ujarnya.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.