Kepala Panel Iklim PBB: Dunia perlu ambil tindakan segera batasi pemanasan global hingga 1,5°C
Saat dunia berada di jalur yang tepat untuk mencapai batas 1,5C pada awal tahun 2030-an, peristiwa cuaca ekstrem datang lebih awal dari yang diperkirakan, kata kepala badan PBB yang berwenang untuk ilmu perubahan iklim

LONDON
Sekarang saatnya pemerintah di seluruh dunia menggunakan teknologi, metode, dan dana untuk mengatasi perubahan iklim demi membatasi pemanasan global, kata Ketua Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) Jim Skea, kepada Anadolu dalam sebuah wawancara.
Dalam siklus laporannya, dia ingin memfokuskan upaya panel pada tindakan yang dapat diambil segera untuk membatasi pemanasan global dalam dekade ini, yang akan sangat penting dalam mengekang kemungkinan dampak bencana.
“Laporan IPCC tentang dampak, adaptasi dan mitigasi telah mengirimkan sinyal yang sangat jelas tentang kemungkinan (untuk tindakan). Pada titik ini, semuanya diserahkan kepada pemerintah,” ujar dia, mendesak otoritas di seluruh dunia untuk bergerak.
“Jika kita memiliki harapan untuk membatasi pemanasan hingga 1,5C, diperlukan tindakan segera untuk mitigasi,” ujar dia.
Menyebut temuan dalam laporan IPCC terakhir menunjukkan ambang batas ini dapat dilampaui pada awal tahun 2030-an, dia mengatakan temuan ini didasarkan pada pemanasan rata-rata jangka panjang, dengan kenaikan suhu yang mungkin melebihi 1,5 C pada setiap tahun bahkan sebelum waktu itu, meskipun hanya sementara.
“Ketika IPCC berbicara tentang tingkat pemanasan, itu sebenarnya rata-rata selama 20 tahun. Jadi, bisa berbeda dengan tingkat pemanasan yang kita lihat dalam satu tahun,” ujar dia.
Sejauh ini, planet ini sudah lebih panas sekitar 1,1C sejak era pra-industri karena aktivitas manusia, termasuk pembakaran bahan bakar fosil dan energi yang tidak berkelanjutan serta penggundulan lahan, menurut laporan sintesis keenam IPCC.
Menjaga pemanasan global di bawah 1,5 selsius akan membutuhkan pengurangan emisi gas rumah kaca yang cepat dan berkelanjutan di semua sektor, memangkas hampir setengah dari tingkat saat ini pada tahun 2030, ujar dia.
Keputusan pasti ke depan
Terlepas dari urgensi mengatasi perubahan iklim, yang terlihat lebih jelas dalam peristiwa cuaca ekstrem terbaru yang terlihat di seluruh dunia musim panas ini, negara-negara masih terus melakukan investasi bahan bakar fosil baru.
Pemerintah enggan menghentikan investasi bahan bakar fosil secara bersamaan, dengan berbagai alasan, termasuk keamanan energi, sementara banyak negara berkembang dengan cadangan minyak dan gas yang cukup besar ingin terus mengeksploitasi sumber daya ini untuk membantu upaya pembangunan mereka.
“Dalam laporan IPCC terakhir, kami mengatakan bahwa cadangan tidak dapat terbakar jika kami membatasi pemanasan hingga 1,5C atau bahkan 2C. Misalnya, 30% dari cadangan minyak saat ini harus tetap berada di tanah jika kita ingin membatasi pemanasan hingga 2C,” kata Skea.
“Jika semakin banyak cadangan minyak dan gas yang disetujui, artinya akan menghadapi pilihan yang lebih tajam bagi pemerintah di masa depan, apakah akan meninggalkan sebagian darinya atau apakah akan memenuhi tujuan Perjanjian Paris, tambah dia, mengacu pada kesepakatan iklim 2015 yang menetapkan batas 1,5 C.
Pemerintah Inggris termasuk di antara yang terbaru berkomitmen untuk memberikan lebih dari 100 lisensi minyak dan gas baru di Laut Utara, seperti yang diumumkan oleh Perdana Menteri Rishi Sunak pada 31 Juli.
Tanpa membebani tindakan kebijakan masing-masing pemerintah, Skea memperingatkan bahwa semakin banyak cadangan minyak dan gas yang diekstraksi sekarang, untuk alasan apa pun, “itu hanya berarti bahwa lebih banyak yang perlu dipertahankan jika tujuan Perjanjian Paris ingin dipenuhi.”
“Ini adalah pilihan bagi pembuat kebijakan. Tentu, Anda dapat menyetujui cadangan minyak dan gas baru, tetapi itu menyisakan pilihan untuk masa depan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada cadangan ini,” ucap dia.
Dampak ekstrim, lebih cepat dari yang diperkirakan
Ketua IPCC juga mengatakan bahwa saat pekerjaan untuk mengurangi dampak yang diberikan manusia terhadap iklim terus berlanjut, peristiwa ekstrem terbaru telah membuat adaptasi terhadap konsekuensi pemanasan menjadi lebih menonjol dalam agenda global.
"Para ilmuwan sebenarnya telah meramalkan bahwa kita akan melihat peristiwa semacam ini yang telah kita saksikan musim panas ini di Belahan Bumi Utara, dan juga semakin meningkat di Belahan Bumi Selatan," urai dia.
“Saya pikir apa yang sedikit tidak terduga adalah seberapa cepat hal-hal ini menimpa kita. Itu mungkin kejutannya. Tidak mengherankan bahwa pada suatu saat kita akan melihat situasi seperti ini, tetapi itu datang lebih cepat, mungkin, dari yang kita semua harapkan.”
Menurut Skea, beberapa dari dampak ini akan melampaui kemampuan dunia untuk beradaptasi karena apa yang disebut “resiko sisa” muncul di masa depan.
Menggarisbawahi perlunya tindakan adaptasi tingkat nasional atau kota, dia mengakui bahwa sumber daya, kemampuan, dan pendanaan masih menjadi pertanyaan besar.
“Kesenjangan investasi untuk adaptasi jauh lebih besar daripada mitigasi dan ini jauh lebih menantang karena, di satu sisi, adaptasi itu adalah barang publik” dan menggerakkan uang pribadi untuk barang publik jauh lebih sulit untuk adaptasi, pungkas Skea. Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.