Politik, Dunia, Analisis

Mantan PM Malaysia Mahathir: Amerika dan Eropa tak lagi berpegang pada nilai-nilai universal

Dalam wawancara dengan Anadolu, politisi veteran Malaysia menanggapi peran AS dan Uni Eropa dalam perang yang terjadi di Gaza, menyebut Barat malah membantu Israel

Halil Ibrahim Medet, Muhammad Abdullah Azzam  | 02.07.2024 - Update : 22.07.2024
Mantan PM Malaysia Mahathir: Amerika dan Eropa tak lagi berpegang pada nilai-nilai universal Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. (Raşid Necati Aslım - Anadolu Agency)

ISTANBUL

Politisi veteran Malaysia Mahathir Mohamad menyinggung negara-negara Barat dengan mengatakan “nilai-nilai inti mereka” termasuk hak dan kesucian hidup telah ditinggalkan oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa di Gaza.

Sebagai seorang pemimpin Malaysia tiga kali dan menjadi salah satu perdana menteri terlama di dunia, Mahathir mengatakan kepada Anadolu dalam sebuah wawancara eksklusif bahwa ada kebutuhan untuk melakukan reformasi di PBB, serta di dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI), untuk menyelesaikan masalah-masalah umum yang mempengaruhi dunia, termasuk Palestina.

Setelah perang Israel di Gaza, Mahathir, 98, menyesalkan bahwa “tidak ada lagi peradaban.”

“Saya merasa apa yang terjadi pada rakyat Palestina di Gaza adalah sesuatu yang tidak diharapkan oleh siapa pun,” ungkap dia.

Namun Mahathir berpendapat bahwa warga Palestina telah bereaksi terhadap penindasan yang terus dilakukan oleh Israel.

“Selama 70 tahun, Israel telah menindas Palestina. Mereka telah membangun permukiman di tanah Palestina. Mereka telah membangun tembok di tanah Palestina,” imbuh dia.

“Mereka telah menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota mereka. Semua hal ini bertentangan dengan hukum internasional dan bertentangan dengan Palestina,” tutur Mahathir.

Politisi Malaysia itu menambahkan, “Jika Anda menindas rakyat Palestina, rakyat Palestina punya hak untuk mengambil tindakan terhadap Israel, dan saya pikir itulah yang mereka lakukan pada tanggal 7 Oktober tahun lalu.”

Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB soal gencatan senjata, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023.

Sekitar 37.900 warga Palestina terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan sekitar 87.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

“Jika Israel mempunyai hak untuk menjaga keamanan, maka Palestina juga mempunyai hak yang sama,” kata Mahathir.

Dukungan AS dan UE terhadap Israel tak hargai HAM dan kebebasan

Mahathir mengatakan bahwa selama beberapa abad, “kemanusiaan telah mengembangkan nilai-nilai, nilai-nilai inti, yang kita semua terima” dan nilai-nilai tersebut mencakup hak asasi manusia, hak untuk hidup, kesucian hidup, dan kebebasan dari penindasan serta kebebasan berbicara.

“Ini adalah hal-hal yang kami terima dan kami hargai. Namun cukup jelas bahwa ketika Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza, dukungan yang diberikan oleh Amerika dan negara-negara Eropa menunjukkan bahwa mereka tidak berpegang pada nilai-nilai yang kita bicarakan itu,” kata politisi veteran Malaysia tersebut.

Mahathir mengatakan AS dan negara-negara Uni Eropa “tidak memikirkan hak asasi manusia, mereka tidak memikirkan kesucian hidup, dan mereka sebenarnya membantu Israel melakukan genosida dengan menyediakan senjata, bom, dan roket untuk membunuh warga Palestina.”

Negara-negara Barat “telah meninggalkan nilai-nilai yang mereka promosikan di masa lalu, nilai-nilai yang menunjukkan bahwa umat manusia telah mencapai tingkat peradaban tertentu di mana kita sangat memperhatikan hak-hak manusia dan kehidupan manusia,” kata Mahathir.

“Artinya, peradaban yang adil, yang taat hukum, yang tidak ada penindasan, yang bebas, dan sebagainya, itu semua telah digulingkan oleh orang-orang yang menanamkan nilai-nilai itu. … Mereka telah meninggalkan nilai-nilai mereka sendiri,” urai dia.

Hak veto di PBB

Terkait kegagalan PBB dalam melaksanakan keputusannya di Gaza selama delapan bulan terakhir perang, Mahathir mengatakan gagasan untuk merombak badan dunia itu “baik”, tetapi “hanya disusun oleh para negara pemenang, negara-negara yang memenangkan Perang Dunia Kedua.”

Dia mengatakan mereka yang memimpin pembentukan PBB “memberikan hak istimewa tertentu kepada diri mereka sendiri, hak veto.”

“Artinya, tidak peduli berapa banyak orang, berapa banyak negara yang mendukung sebuah resolusi, mereka dapat memveto kewenangan tersebut. Di sinilah PBB gagal,” jelas dia, merujuk pada veto AS terhadap beberapa resolusi PBB terkait Gaza yang bertujuan untuk menghentikan perang.

Mendukung seruan agar PBB tak memiliki sistem hak veto, Mahathir mengatakan badan dunia itu telah “melakukan pekerjaan dengan baik” di bidang-bidang tertentu, termasuk di bidang kedokteran dan membantu distribusi makanan.

“Tetapi dalam hal memastikan tidak akan ada perang, tidak ada pembunuhan, PBB telah gagal, karena lima negara dengan hak veto biasanya akan menolak apa pun yang bukan kepentingan mereka,” kata dia.

Reformasi di OKI

Tanpa menjelaskan lebih lanjut, Mahathir mengatakan banyak negara Islam “tidak kuat dalam hal tata kelola negaranya.”

“Oleh karena itu, banyak terjadi kekerasan, bahkan perang saudara, di negara-negara Islam,” ujar dia.

“Dan karena ini, negara-negara Islam tidak dapat mengelola urusan mereka dengan baik.”

Politisi Malaysia itu mengatakan negara-negara Islam memiliki “banyak uang, karena mereka memiliki minyak dan menghasilkan banyak uang.”

Namun, dia menyesalkan, “uang tersebut tidak digunakan untuk memperkuat kepedulian negara mereka.”

"Faktanya, sebagian besar uang itu digunakan untuk membeli obligasi dolar. Membeli obligasi dolar itu seperti meminjamkan uang kepada AS, dan apa yang dilakukan AS dengan uang itu tidak baik bagi negara-negara Muslim," ungkap dia.

Saat mendesak perlunya memulai reformasi di OKI, Mahathir mengatakan keputusan di dalam blok Muslim “hanya dapat disahkan jika ada konsensus.”

“Artinya, setiap resolusi yang dibuat OKI harus disetujui” oleh seluruh 57 negara anggota. Jika satu negara tidak setuju, maka resolusi itu tidak dapat dilaksanakan,” kata dia.

“Jadi, ada kebutuhan bagi kita untuk kembali pada keputusan mayoritas, bukan melalui konsensus,” saran dia.

“Jika Anda melakukan itu, mungkin kita bisa mencapai kesepakatan dalam beberapa masalah, misalnya dalam membela umat Islam,” tutur dia.

“Tentu saja kami punya uang, kami punya tenaga, tapi kami tidak terorganisir untuk melindungi umat Islam.”

Mengacu pada kasus-kasus individual, Mahathir juga menyarankan agar tidak main hakim sendiri.

“Orang-orang yang melakukan tindakan itu atas dasar dendam. Mereka membunuh orang-orang Eropa yang tidak terlibat dalam konflik antara Palestina dan Israel,” kata dia, sambil menekankan bahwa tindakan seperti itu “tidak baik” bagi umat Islam.

“Kita harus mempunyai strategi yang tepat dalam menangani masalah-masalah kita, dan hal itu harus dilakukan oleh sebuah komite atau kabinet yang beranggotakan para anggota senior untuk memutuskan apa yang harus dilakukan umat Islam untuk memenangkan kembali tanah Palestina untuk rakyat Palestina, bukan hanya membunuh orang, tapi melakukan tindakan yang tidak pantas,” kata Mahathir.

Takut sanksi AS

Mahathir mengatakan Israel melakukan kejahatan internasional seperti menghentikan kapal di laut lepas yang “tidak sesuai dengan Hukum Laut.”

"Anda lihat, Anda berada di perairan internasional, Anda bebas. Namun Israel telah menghentikan kapal-kapal di perairan internasional dan menyita kargo mereka," ungkap dia.

“Masalah yang kita hadapi adalah orang-orang Eropa menciptakan Israel, dan sekarang mereka ingin membela Israel, bahkan ketika Israel melakukan kejahatan.”

Mengakui bahwa sanksi sangat merugikan negara-negara lain, Mahathir mengatakan, “Tidak banyak yang bisa kami lakukan, karena AS adalah negara yang sangat kuat, dan jika Anda melawan AS, AS mungkin akan menerapkan sanksi terhadap Anda.”

"Jika hanya Israel, kita bisa bertindak melawan Israel. Namun sekarang, bukan hanya AS, tetapi negara-negara Eropa mendukung Israel dalam genosida, dan jika kita bertindak melawan Israel, kita mungkin akan dikenai sanksi oleh Amerika dan negara-negara Eropa," tutur Mahathir.

“Sebagian besar negara tidak mau menerima sanksi oleh mereka karena hal itu merugikan perekonomian mereka,” tambah dia.

Harapan pemuda, kepemimpinan baru

Mahathir, yang akan merayakan ulang tahunnya yang keseratus dalam dua tahun ke depan, bagaimanapun, memberikan nada optimisme kepada generasi muda yang sedang tumbuh yang “melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.”

Para pemuda “tidak dipengaruhi oleh pemerintah mereka sendiri,” kata Mahathir, sambil mengutip gerakan-gerakan pemuda yang tersebar luas di seluruh dunia ketika pemerintah berpihak pada Israel.

“Mereka tidak menentang orang-orang Yahudi. Mereka tidak anti-Semit. Mereka hanya menentang tindakan Israel di Gaza yang membunuh orang,” ujar dia.

“Kami berharap generasi muda akan menolak kebijakan pemerintah mereka sendiri dan menggulingkan pemerintah mereka sendiri, dan kita akan melihat kepemimpinan baru datang dari kalangan generasi muda yang akan memegang teguh nilai-nilai luhur mereka, … tentang hak asasi manusia, tentang kebebasan, tentang kebebasan pers, tentang kurangnya supremasi hukum, dll.”

“Jika pemerintah mendukung Israel, kami berharap generasi muda dapat mempertahankan nilai-nilai baik, sehingga kami dapat mengembalikan nilai-nilai beradab yang telah hilang oleh para pemimpin mereka.”

Kaum muda “memberikan kepada kita harapan,” kata Mahathir, sambil menambahkan, “Kemudian di masa depan, kita mungkin menemukan pemimpin muda yang akan membawa kembali nilai-nilai beradab yang dulu kita junjung tinggi.”

Mendesak para pemuda untuk mendengarkan siaran Anadolu, Mahathir mengatakan, “Mereka akan tahu bahwa meski mereka mungkin warga negara dari beberapa negara (lain), namun ketika pemerintah mereka melakukan kesalahan, mereka harus memberitahu pemerintah bahwa mereka salah, dan mereka harus menunjukkan melawan pemerintah, bahkan jika pemerintah mengirimkan polisi untuk mengambil tindakan terhadap mereka.”


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.