Pengamat: Negara asing trauma kerusuhan 1998
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia Shofwan Al menyampaikan AS merupakan negara yang sangat sensitif melihat risiko keamanan di Indonesia

Jakarta Raya
Pizaro Gozali
JAKARTA
Sikap negara-negara asing yang mengeluarkan imbauan keamanan menunjukkan adanya ancaman kerusuhan dan teror di Indonesia jelang pengumuman pemilu presiden pada 22 Mei nanti.
Pengamat terorisme global Yanuardi Syukur mengatakan negara-negara asing masih trauma dengan kerusuhan Mei 1998 yang banyak berdampak pada kehidupan warganya.
“Jika terjadi teror atau chaos, maka bisa jadi petaka Mei 1998 terulang yang akan merugikan orang asing,” jelas dia kepada Anadolu Agency pada Senin.
Yanuardi menilai kecenderungan untuk tidak senang kepada orang asing itu masih ada di masyarakat Indonesia.
“Saat ini sebenarnya sudah berkurang, akan tetapi tidak ada jaminan bahwa semua orang bisa berpikir waras ketika terjadi kerusuhan,” kata dia.
Yanuardi menilai jika kerusuhan terjadi, warga negara asing potensial menjadi korban kebencian kepada pemerintah asing.
“Apalagi, jika di antara demonstran itu ada kelompok teror yang bergabung dan memang ingin membuat kacau,” terang dia.
Yanuardi menerangkan situasi jelang 22 Mei memperlihatkan Indonesia berada dalam risiko ancaman teror dan kerusuhan.
Setidaknya ada tiga indikasi dari ancaman teror di Indonesia merespons situasi politik.
Pertama, fakta penangkapan 68 terduga teroris dari kelompok Jemaah Ansharud Daulah (JAD).
Kedua, temuan beberapa bom pipa yang siap diledakkan dalam momen 22 Mei.
Ketiga, pengakuan salah seorang terduga teroris Dede Yusuf yang telah membuat bom dan siap untuk melakukan tindakan teror pada 22 Mei.
Menurut Yanuardi, situasi ini akan berimplikasi buruk bagi situasi keamanan di Indonesia dan negara lainnya.
“Energi kita akhirnya akan tercurah untuk resolusi konflik yang tidak mudah,” jelas dia.
Untuk menyelesaikan persoalan ini, Yanuardi meminta elite 01 dan 02 duduk bersama menyelesaikan masalah pemilu dengan baik dan konstitusional agar integrasi bangsa kita tetap terjaga.
Tak berdampak ke kawasan
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia Shofwan Al menyampaikan AS merupakan negara yang sangat sensitif melihat risiko keamanan di Indonesia.
“Berdasarkan pengalaman, salah satu yang disasar [akibat kerusuhan] adalah warga negara asing,” ujar dia kepada Anadolu Agency.
Shofwan menganggap pengumuman pada 22 Mei adalah waktu yang rawan bagi Indonesia karena ada gelombang demonstrasi besar.
Namun dia memprediksi situasi di Indonesia tetap akan aman karena gelombang protes ini hanya bentuk tawar menawar antara elite.
Shofwan memprediksi jika pun terjadi chaos, situasi di Indonesia tak terlalu berdampak kepada kawasan.
“Thailand saja sampai kudeta tak mempengaruhi kawasan,” kata Kepala Program Studi Hubungan Internasional UI ini.
Shofwan menyampaikan dunia telah mencium adanya instabilitas di Indonesia melihat situasi politik akhir-akhir ini.
Meskipun, kata dia, lembaga-lembaga demokrasi seperti pemilihan umum masih terus berjalan.
Shofwan juga menilai adanya langkah-langkah otoriter yang merespons gejolak politik di Indonesia.
Menurut Shofwan, cara-cara yang cenderung otoriter bukanlah langkah ideal mengatasi persoalan politik di Indonesia.
Sebab hal tersebut akan berdampak pada pandangan negara asing terhadap demokrasi di Indonesia.
“Kita ini partly free. Tapi indeks (demokrasi) mulai turun,” kata dia.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.