Ekonomi, Nasional

Diminta PBB dan IMF, Jokowi ingatkan gunakan energi baru terbarukan

"Saya melihat banyak terjadi kerusakan lingkungan karena pengurasan sumber daya alam yang begitu cepat sehingga ini saya minta kita bersama sama menjaga dari kerusakan lingkungan," kata Jokowi

Erric Permana  | 21.11.2019 - Update : 21.11.2019
Diminta PBB dan IMF, Jokowi ingatkan gunakan energi baru terbarukan Ilustrasi: Pembangkit Listrik Tenaga Surya. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

 Presiden Joko Widodo mengaku diminta oleh Sekjen PBB Antonio Gutteres dan Pimpinan IMF Kristalina Georgiva untuk mengurangi penggunaan batubara untuk tenaga listrik.

Saat memberikan pidato dalam acara Indonesian Mining Association Award 2019, Jokowi -- sapaan Presiden Joko Widodo -- mengatakan dalam ASEAN Summit di Bangkok, Thailand beberapa waktu lalu, Antonio Gutteres sempat menyampaikan permintaan itu.

Jokowi pun menjawab bahwa Indonesia saat ini masih membutuhkan batubara sebagai energi utama pembangkit listrik.

Namun kata dia, Indonesia akan beralih ke energi baru terbarukan.

"Kita laksanakan energi angin [untuk pembangkit listrik]. Kita sudah punya angin di Sidrap, di Jeneponto. Kemudian hydro power yang besar yang beberapa kita sudah jajaki di Mamberamo, di Sungai Kayan [Kalimantan Utara], nanti baru kelihatan," tambah dia.

Jawaban sama kata Jokowi juga diberikan kepada Kristalina Georgiva saat menanyakan mengenai penggunaan batubara.

"Yang saya kaget, koq mengatakan hal yang sama," jelas dia.

Jokowi pun meminta semua pihak yang terlibat dalam hal itu untuk mulai bersiap beralih ke energi yang ramah lingkungan.

Apalagi kata dia, energi yang berasal dari tambang tersebut merupakan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui.

"Saya melihat masih banyak kerusakan lingkungan karena pengurasan sumber daya alam yang sangat cepat sehingga ini saya minta kita bersama sama menjaga lingkungan karena distorsi yang begitu banyak di negara kita," tegas dia.

Hilirisasi industri pertambangan kata Jokowi juga diperlukan karena Indonesia saat ini masih bergantung dengan ekspor hasil tambang.

"Saya mengajak hari ini kita semua untuk memulai memproses barang tambang kita ini menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, sehingga negara kita memiliki nilai tambah dan multiplier effect yang besar, termasuk dalam penciptaan lapangan kerja, yang dibutuhkan masyarakat," jelas dia.

Hilirisasi industri pertambangan itu akan menyelesaikan permasalahan yang telah bertahun-tahun tidak terpecahkan yakni defisit neraca perdagangan, jelas Jokowi.

"Yang namanya defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan akan bisa kita selesaikan dalam waktu tiga tahun. Itu hanya satu. Kita baru berbicara satu komoditas yang namanya nikel, belum berbicara masalah timah, belum berbicara masalah batubara, belum berbicara masalah copper. Banyak sekali yang bisa kita lakukan dari sana," pungkas dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.