Türkİye, Dunia

MUI puji keberanian Erdogan

Erdogan bisa menjadi panutan bagi para pemimpin Muslim

19.07.2017 - Update : 19.07.2017
MUI puji keberanian Erdogan FOTO FILE

Regional

Shenny Fierdha

JAKARTA 

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Yunahar Ilyas, memuji keberanian presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam menghadapi arogansi negara-negara Barat yang seringkali menindas negara kecil, termasuk negara Islam.

Pandangan ini ia sampaikan kepada Anadolu Agency ketika dihubungi via telepon pada Selasa (18/7).

“Erdogan itu cukup kuat dalam dunia Islam sekarang. Berani untuk menyatakan tidak ke Eropa dan Amerika. Itu yang penting. Kita perlu pemimpin dunia Islam yang berani menegakkan kepala berhadapan dengan Barat,” ungkap Yunahar.

Menurutnya, suatu negara baru bisa berani menghadapi tekanan Barat jika memiliki perekonomian dan persenjataan yang kuat, selain kondisi politik yang stabil dan kondusif.

Yunahar mengatakan, Erdogan bisa menjadi panutan bagi para pemimpin Muslim akibat keberaniannya. Ia juga melihat  Erdogan seperti presiden pertama Indonesia Soekarno yang penuh wibawa dan tidak gentar menghadapi dunia.

“Dengan pidatonya [Erdogan] yang berani di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sikapnya yang tidak mau tunduk begitu saja kepada Eropa, itu memberikan kekuatan moril kepada umat Islam bahwa masih ada pemimpin dunia Islam yang berani. Yang penting ada pemimpin yang bisa membangkitkan moral umat Muslim di dunia yang bisa menghadapi Barat yang arogan,” tuturnya.

Pada 15 Juli 2016, terjadi kudeta berdarah di Turki yang dilancarkan oleh Fethullah Gullen Terrorist Organization (FETO) terhadap pemerintahan Erdogan. Erdogan menyerukan rakyat Turki untuk mempertahankan negara dan demokrasi mereka. Kudeta berdarah itu menewaskan lebih dari 250 orang dan melukai lebih dari 2.000 orang.

Tepat satu tahun kemudian, Turki mengadakan perayaan dan pawai akbar dalam rangka memperingati peristiwa tersebut yang jatuh pada Sabtu (15/7). Presiden Erdogan pun ikut berkumpul dengan rakyat Turki di Jembatan Bosphorus dalam perayaan itu.

Meski FETO dituding sebagai dalang peristiwa ini, pemimpinnya Fetullah Gullen menyangkal keterlibatannya. Gullen sampai sekarang tinggal di Amerika Serikat.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın