Presiden Palestina: Israel harus akhiri pengepungan Gaza, setop percobaan mencaplok Tepi Barat
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak Trump untuk memberikan izin kepada badan-badan PBB untuk menyalurkan bantuan, sebut pengungsian massal dan kelaparan warga Palestina sebagai 'noda kemanusiaan'

RAMALLAH, Palestina
Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Kamis menolak segala upaya pengusiran paksa warga Palestina dari Jalur Gaza atau pencaplokan Tepi Barat, sambil menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menghentikan "perang genosida" Israel di Jalur Gaza.
Dalam pidato yang disiarkan oleh Palestine TV, Abbas mengatakan rakyat Palestina di Gaza sedang mengalami “bencana kemanusiaan terburuk saat ini” dan menekankan bahwa diamnya dunia dalam menghadapi tindakan Israel telah memungkinkan terjadinya penderitaan massal.
“Apa yang terjadi di Gaza — pembunuhan, kelaparan, kehancuran, dan pengungsian paksa — merupakan aib bagi komunitas internasional jika tidak segera bertindak untuk menghentikan genosida ini,” ujar dia.
Abbas kembali menyerukan gencatan senjata segera dan permanen di Jalur Gaza, masuknya pasokan makanan dan medis, serta pembebasan pendapatan pajak Palestina yang ditahan oleh Israel.
Presiden Palestina memohon langsung kepada Presiden AS Donald Trump agar dia turun tangan dan mengizinkan badan-badan PBB untuk mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan, mendesak dunia untuk bertindak cepat untuk mengirimkan ratusan ribu ton bantuan yang terlantar di sekitar Gaza.
Abbas juga memperingatkan bahwa blokade dan penolakan bantuan Israel yang sedang berlangsung telah mengakibatkan lebih dari 100 kematian akibat kelaparan dan kekurangan gizi, termasuk lebih dari 80 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
"Situasi di Gaza berubah menjadi kematian kolektif," ujar dia, mengutip peringatan terbaru dari Kantor Media Pemerintah Gaza setelah lebih dari 140 hari penyeberangan perbatasan ditutup.
Sejak 2 Maret, Israel telah menghindari untuk menerima usulan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan dengan kelompok Palestina Hamas, dan terus memblokir konvoi bantuan di perbatasan.
"Saya berdoa kepada Tuhan agar menyelamatkan rakyat Palestina di mana pun," kata Abbas, sambil menambahkan, "Bagaimana mungkin dunia mengabaikan bayi-bayi yang mati kelaparan di Gaza?"
Dia menekankan bahwa pemerintahannya harus diizinkan untuk mengambil alih otoritas penuh di Gaza, mengawasi pembangunan kembali, dan membantu warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke rumah mereka — semua itu dengan dukungan dunia Arab dan internasional.
Abbas juga menegaskan kembali penentangannya yang tegas terhadap rencana aneksasi Israel di Tepi Barat.
"Ini adalah eskalasi yang berbahaya dan serangan langsung terhadap hak-hak rakyat Palestina untuk mendirikan negara yang merdeka dan berdaulat," ujarnya, seraya menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menolak pelanggaran Israel dan mengakui Negara Palestina.
Presiden Palestina juga memuji ketangguhan rakyat Palestina, dengan mengatakan, “Kesabaran dan keteguhan kalian merupakan suatu kehormatan bagi kami semua.”
Pernyataan tersebut menyusul pemungutan suara simbolis namun kontroversial di Knesset Israel pada Rabu, di mana 71 anggota parlemen mendukung proposal tidak mengikat yang mendesak pemerintah untuk mencaplok Tepi Barat yang diduduki, termasuk Lembah Yordania, dan 13 anggota parlemen menentangnya.
Mosi tersebut diajukan oleh anggota partai sayap kanan Zionisme Religius, Otzma Yehudit, dan Likud.
Meskipun usulan tersebut tidak memiliki kekuatan hukum, media Israel menggambarkannya sebagai sesuatu yang memiliki “bobot simbolis dan historis” yang signifikan.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.