Netanyahu Dikritik Oposisi soal Pengakuan Somaliland dan Agenda Gaza
YERUSALEM/ISTANBUL
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuai kritik tajam dari oposisi terkait keputusan pemerintahannya mengakui wilayah Somaliland sebagai negara merdeka, serta rencana pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tanpa membawa visi yang jelas terkait masa depan Gaza.
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid pada Senin (30/12) mengecam Netanyahu atas pengakuan Israel terhadap Somaliland, wilayah yang memisahkan diri dari Somalia. Lapid menegaskan keputusan tersebut tidak pernah mendapat persetujuan dari pemerintah maupun kabinet keamanan Israel.
“Israel mengumumkan dirinya sebagai negara pertama di dunia yang mengakui Somaliland sebagai negara berdaulat. Ini bukan keputusan pemerintah atau kabinet keamanan, melainkan keputusan kantor perdana menteri,” ujar Lapid dalam rapat Komite Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, seperti dikutip dari siaran Kanal Knesset.
Lapid menilai langkah tersebut mencerminkan tidak adanya arah kebijakan luar negeri yang jelas. Ia juga menyoroti reaksi internasional yang luas, termasuk kecaman dari sejumlah negara di kawasan, Afrika, Timur Tengah, serta Türkiye, yang menilai pengakuan itu melanggar hukum internasional dan berpotensi mengganggu stabilitas kawasan.
Israel secara resmi mengakui Somaliland pada Jumat lalu, menjadi negara pertama di dunia yang melakukan langkah tersebut. Somaliland mendeklarasikan kemerdekaan dari Somalia pada 1991, namun hingga kini belum diakui secara internasional dan masih dianggap bagian tak terpisahkan dari Somalia oleh pemerintah federal di Mogadishu.
Selain isu Somaliland, Lapid juga mengkritik Netanyahu yang berangkat menemui Trump di Amerika Serikat tanpa membawa rencana konkret terkait Gaza.
“Ketika seorang perdana menteri Israel bertemu presiden Amerika Serikat, tentu kita berharap keberhasilan. Tetapi Netanyahu datang tanpa visi yang jelas untuk Gaza. Jika Anda tidak punya visi, pihak lain yang akan menentukan,” kata Lapid.
Ia memperingatkan bahwa jika Israel tidak menyodorkan rencana sendiri, maka pihak lain seperti Amerika Serikat atau Hamas akan mengambil peran dalam menentukan masa depan Gaza.
Netanyahu tiba di Florida pada Minggu malam untuk kunjungan selama sekitar lima hari. Ia dijadwalkan bertemu Trump pada Senin malam waktu setempat, dengan agenda pembahasan meliputi Iran dan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Pembicaraan tersebut diperkirakan akan fokus pada upaya masuk ke fase kedua gencatan senjata, yang mencakup pembentukan komite teknokrat sementara untuk mengelola Gaza, rekonstruksi wilayah, pembentukan dewan perdamaian, pengerahan pasukan internasional, penarikan tambahan pasukan Israel, serta pelucutan senjata Hamas.
Gencatan senjata di Gaza mulai berlaku pada 10 Oktober dan menghentikan perang Israel selama hampir dua tahun yang menewaskan lebih dari 71.200 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 171.200 orang sejak Oktober 2023.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
