ISTANBUL
Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan pada Kamis menyebut kunjungan Paus Leo XIV sebagai “langkah sangat penting yang memperkuat dasar kebersamaan,” di tengah meningkatnya ketegangan regional dan global.
Kunjungan ini merupakan perjalanan luar negeri pertama Paus sejak menjabat, dan berlangsung hingga Minggu, mencakup Ankara, Istanbul, serta Iznik—kota bersejarah yang dikenal sebagai Nicaea dalam tradisi Gereja awal.
Paus Leo XIV, yang juga menjabat sebagai kepala negara Vatikan, tiba di Ankara atas undangan resmi Presiden Erdogan. Sebelum acara penyambutan resmi, Paus terlebih dahulu memberikan penghormatan di Anitkabir, makam pendiri Republik Turkiye, Mustafa Kemal Ataturk.
Dalam pernyataan bersama di Kompleks Kepresidenan, Erdogan mengatakan kunjungan Paus hadir pada saat yang sangat krusial, ketika dunia tengah menghadapi meningkatnya krisis dan konflik. Ia meyakini pesan-pesan yang disampaikan dari Turkiye akan menjangkau dunia Turki-Islam dan dunia Kristen, serta memperkuat harapan terhadap perdamaian global.
Menyoroti tradisi panjang koeksistensi beragama di Turkiye, Erdogan menyebut banyak kota di negara itu memiliki masjid, gereja, dan sinagoga yang berdiri berdampingan.
Dia mencontohkan Museum Hagia Irene dan Sinagoga Neve Shalom di Istanbul, Biara Sumela di Trabzon, serta Museum Akdamar di Van. Sejak 2002, kata Erdogan, pemerintah telah merampungkan restorasi hampir 100 rumah ibadah dari berbagai agama, dengan lima situs tambahan dijadwalkan dibuka kembali pada akhir tahun.
Erdogan juga menegaskan komitmen Turkiye terhadap inklusivitas. “Setiap warga, tanpa memandang bahasa, agama, mazhab, atau latar etnis, adalah warga kelas satu Republik Turkiye. Kami tidak akan membiarkan seorang pun menghadapi diskriminasi,” ujarnya.
Usai pembicaraan bilateral dan pertemuan antardelegasi, Paus Leo XIV mengadakan pertemuan tertutup dengan Kepala Direktorat Urusan Agama Turkiye, Safi Arpagus, serta mengunjungi Kedutaan Vatikan di Ankara.
Terkait meningkatnya intoleransi global, Erdogan kembali memperingatkan bahwa “intoleransi memicu konflik, dan konflik memicu perpecahan serta kebencian.” Ia menyoroti peningkatan Islamofobia dan xenofobia di Barat sebagai bagian dari lingkaran tersebut.
Erdogan menilai seruan Paus untuk perdamaian dan dialog sangat penting bagi proses diplomatik perang Rusia–Ukraina, dan Turkiye terus mengikuti upaya untuk mengakhiri konflik tersebut.
Mengenai situasi di Gaza, Erdogan menekankan kembali solusi dua negara berdasarkan perbatasan 1967 sebagai jalan menuju keadilan bagi rakyat Palestina.
Ia menyatakan Turkiye menghargai konsistensi Paus Leo XIV dan para pendahulunya dalam isu Palestina. Menurutnya, Turkiye dan Vatikan akan terus bertindak bersama menghadapi setiap tindakan yang mengancam identitas historis Yerusalem.
Erdogan menambahkan bahwa serangan yang dilakukan militer Israel telah menyasar kawasan sipil, termasuk gereja dan masjid, serta menyebut Gereja Holy Family di Gaza—yang dikelola Gereja Katolik—sebagai salah satu tempat ibadah yang terdampak. Ia menegaskan bahwa menjaga status quo sejarah di Yerusalem “memiliki arti penting yang sangat krusial.”
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
