'Operasi di Suriah siap dilanjutkan jika teroris tidak mundur dalam 120 jam'
Erdogan mendesak pemerintah AS untuk menepati janji di Suriah utara, atau operasi akan dilanjutkan

Ankara
Ali Murat Alhas
ANKARA
Jeda operasi kontra-terorisme Turki selama 120 jam di Suriah akan berakhir dan tentara Turki akan memulai kembali menghancurkan para teroris jika kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) tidak dilaksanakan, kata presiden Turki pada Sabtu.
Berbicara di Provinsi Kayseri Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan: “[Jika kesepakatan dengan AS] tidak dilaksanakan, maka kami akan terus menghancurkan kepala teroris satu menit setelah 120 jam [jeda operasional]. ”
"Jika janji yang diberikan kepada Turki tidak dijaga seperti yang sudah, kami akan melanjutkan operasi setelah jeda," kata Erdogan.
Erdogan mengatakan bahwa pasukan rezim Bashar al-Assad di bawah perlindungan Rusia hadir di beberapa area operasi kontra-terorisme Turki.
"Kami akan membahas masalah ini dengan [Presiden Rusia Vladimir] Putin. Kita perlu menemukan solusi," katanya.
Dia mengkritik kampanye kotor melawan operasi Turki, yang sangat mementingkan warga sipil, dan meminta masyarakat internasional untuk mendukung Turki.
Erdogan menambahkan sikap Turki dalam pembentukan zona aman di Suriah utara selalu sama dan tidak berubah.
Pada 9 Oktober, Turki telah meluncurkan Operasi Mata Air Perdamaian untuk menghancurkan teroris dari Suriah utara, mengamankan perbatasan Turki, mengamankan pulangnya pengungsi Suriah dan memastikan integritas teritorial Suriah.
Pada Kamis, Turki sepakat untuk menghentikan Operasi Mata Air Perdamaian selama 120 jam untuk memungkinkan penarikan pasukan teroris YPG / PKK dari zona aman yang direncanakan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Wakil Presiden AS Mike Pence juga menyepakati Turki memiliki zona aman 20 mil (32 kilometer) di selatan perbatasan Turki di Suriah.
Ankara ingin membersihkan Suriah utara di sebelah timur Sungai Efrat PKK teroris dan cabang Suriahnya, YPG / PKK.
Selama lebih dari 30 tahun kampanye terornya melawan Turki, PKK - yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa - bertanggung jawab atas kematian 40.000 orang, termasuk wanita, anak-anak dan bayi.