Nasional

Muslim Indonesia gelar demonstrasi boikot Prancis

Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta Muinudinillah Basri menuntut permintaan maaf dari Emmanuel Macron atas pernyataanya yang menyudutkan dan melecehkan Nabi Muhammad dan umat Islam

Pizaro Gozali Idrus  | 28.10.2020 - Update : 30.10.2020
Muslim Indonesia gelar demonstrasi boikot Prancis Aksi demonstrasi Dewan Syariah Kota Surakarta mengecam pernyataan anti Islam Presiden Prancis Emmanuel Macron di Surakarta, Jawa Tengah pada 28 Oktober 2020. (Dok. Arie Riestyan - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA 

Ribuan umat Muslim Indonesia di Jawa Tengah, pada Rabu, menggelar aksi untuk memboikot produk-produk Prancis sebagai respons pernyataan anti Islam Presiden Emmanuel Macron.

Aksi ini digelar di kota Surakarta, Jawa Tengah dan diikuti oleh gabungan lembaga-lembaga Islam seperti Dewan Syariah Kota Surakarta, Laskar Umat Islam Solo, Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah, dan sejumlah pondok pesantren.

Dalam pernyataannya, Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta Muinudinillah Basri menuntut permintaan maaf dari Emmanuel Macron atas pernyataanya yang menyudutkan umat Islam.

“Kepada umat Islam di manapun berada untuk melakukan boikot atas produk apa pun buatan Perancis,” ucap Muinudinillah.

Muinudinillah, yang dikenal sebagai ulama Muslim di Jawa Tengah, menerangkan Macron telah memberikan pernyataan yang tidak sekedar menyinggung keyakinan umat Islam tapi juga ikut serta melindungi pelaku penistaan terhadap Nabi Muhammad.

“Kebebasan dan berekspresi tetap ada batasnya,” ujar Muinudinillah.

Laskar Umat Islam Solo juga mengkritik tindakan Macron melindungi majalah Charlie Hebdo yang telah membuat karikatur Nabi Muhammad.

Dalam orasinya yang disaksikan Anadolu secara virtual, Endro Sudarsono, Humas Laskar Umat Islam Solo, menyampaikan penistaan agama tidak bisa dianggap sebagai kebebesan berekspresi.

Dia mengkritik tindakan Macron yang membiarkan penodaan terhadap Nabi Muhammad terjadi di Prancis.

“Macron telah melindungi pelaku penistaan Nabi Muhammad yang melukai hati umat Islam,” ucap Endro.

Macron memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim dengan menuduh Muslim Prancis melakukan "separatisme", dan menggambarkan Islam sebagai "agama yang sedang dalam krisis".

Kejadian ini bertepatan dengan pembunuhan seorang guru bahasa Prancis yang memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad di kelas.

Macron memberikan penghormatan kepada guru itu, dan mengatakan Prancis "tidak akan melarang kartun kontroversial itu."

Beberapa negara Arab, dan juga Turki, Iran, serta Pakistan mengecam sikap Macron terhadap Muslim dan Islam.

Sedangkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan presiden Prancis itu membutuhkan "rehabilitasi mental".

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.