Nasional

Figur feminin dalam tim Panther Hitam Gresik

Tim Black Panther merupakan tim taktis bentukan Kapolres Gresik Ajun Komisaris Besar Polisi Wahyu Sri Bintoro yang melibatkan 45 orang personel polisi pria dan wanita terbaik

Shenny Fierdha Chumaira  | 24.07.2018 - Update : 24.07.2018
Figur feminin dalam tim Panther Hitam Gresik Sejumlah personel tim taktis Black Panther Kepolisian Resor Gresik, pria dan wanita, berbaris depan kantor kepolisian sebelum berpatroli di wilayah hukum Kepolisian Resor Gresik, Jawa Timur, Senin, 23 Juli 2018 (Shenny Fierdha - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Shenny Fierdha

PASURUAN, JAWA TIMUR

Profesi militer maupun kepolisian mungkin tidak banyak diminati oleh kaum hawa mengingat resiko serta tuntutan fisik dan mental yang harus dilakoni sangat tinggi, termasuk mempertaruhkan nyawa.

Meski kalah jumlah dibanding pria, namun masih banyak wanita yang terjun ke militer dan kepolisian, bahkan menjadi anggota tim khusus yang menangani isu keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) seperti tim taktis Black Panther di Kepolisian Resor Gresik, Jawa Timur.

Terlepas dari usia tim yang terbilang sangat muda sebab baru dibuat pada 17 Mei 2018, namun tim khusus bentukan Kepala Polres Gresik Ajun Komisaris Besar Polisi Wahyu Sri Bintoro ini melibatkan personel polisi pria dan wanita terbaiknya untuk menjaga kamtibmas di wilayah hukum Polres Gresik.

Wahyu bahkan memilih sendiri 45 anggotanya, pria dan wanita, dari berbagai satuan Polres Gresik untuk memperkuat Black Panther.

Dari 14 orang personel perempuan yang mengabdi kepada tim Black Panther, Anadolu Agency berkesempatan berbincang dengan dua orang di antaranya, yakni Brigadir Dua Ajeng (21) dan Brigadir Kepala Novalia (37).

"Saya sudah bergabung dengan tim Black Panther sejak 15 Juni 2018. Kalau saya dari kesatuan lalu lintas, kalau Ibu ini [Novalia] dari kesatuan reserse kriminal," ungkap Ajeng usai dia dan timnya merazia sejumlah preman di Terminal Bunder.

Tak disangka suara lembut dan agak melengking khas wanita terlantun dari mulutnya. Suara itu cukup mengejutkan karena keduanya berpenampilan tertutup oleh masker hitam yang menyelimuti seluruh wajah, kecuali pada bagian mata yang disamarkan dengan kacamata hitam.

Sekujur tubuh mereka dibalut seragam hitam-hitam layaknya anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri. Lengkap dengan helm, rompi antipeluru, kemeja seragam lengan panjang, celana kargo, sepasang sepatu boot, dan sepucuk senjata laras panjang menggantung di pundak.

Ajeng bercerita, dia sudah berdinas di Polri selama tiga tahun sementara Novalia sudah lebih dari satu dekade, tepatnya 15 tahun. Kata dia, tugas tim Black Panther setiap hari beda-beda, tidak melulu merazia preman seperti yang mereka lakukan pada Senin.

"Jumat, misalnya, kita patroli siaga di kawasan perbankan, menjaga masjid, dan toko emas. Kalau Sabtu malam, kita patroli ke tempat hiburan," beber Ajeng.

Kerap disangka pria

Perawakan tim wanita Black Panther memang menyaru. Akibat setelan yang serba hitam dan tersamar itu, tak jarang para srikandi Black Panther disangka pria oleh warga maupun mereka yang terjaring razia.

"Kita sering disangka pria. Mereka [preman] tidak tahu bahwa kita sebenarnya wanita jadi mereka bertingkah sesukanya," jelas Ajeng.

Para preman baru menyadari bahwa mereka adalah perempuan setelah terjadi dialog.

"Setelah kita ajak bicara, kita tanya-tanya, mereka baru tahu bahwa kita perempuan karena dari suaranya. Mereka kemudian jadi lebih sopan dengan kita, tapi ada juga yang sikapnya tidak berubah," ucap Ajeng.

Saat berhadapan dengan pria mabuk, hal itu diakui Novalia juga menjadi tantangan tersendiri terutama bagi para srikandi.

"Kalau lagi minum-minum, mabuk, mereka bisa bertingkah macam-macam juga saat kita amankan. Tapi untuk sementara ini bisa kita tangani," tutur Novalia tanpa merinci tingkah macam-macam yang disebutnya.

Meski berpenampilan tangguh dan bersenjata lengkap, para srikandi Black Panther ini tak menyangkal masih merasakan takut saat terlibat dalam gelaran operasi. Hanya saja, rasa itu harus selalu mereka lawan saat terjun di lapangan.

"Kesulitan atau tantangan Alhamdulillah tidak terlalu. Tapi kalau takut, pasti. Tapi demi tugas kita hilangkan ketakutan itu," kata Novalia.

Novalia bertutur, pernah suatu ketika mereka menggelar Operasi Cipta Kondisi yang berfokus pada isu kamtibmas di suatu warung remang-remang di Kelurahan Ngipik, Kecamatan Gresik.

Kala itu si wanita pemilik warung menolak digeledah padahal tim Black Panther sudah datang membawa surat penggeledahan.

"Dia tidak terima digeledah. Kita kemudian harus menghadapinya dengan halus," kenang Novalia.

Sebagai tim Black Panther wanita, Novalia dan teman-temannya menyadari tugas mereka yang penuh tantangan. Karena itu mereka dilatih berbagai hal untuk dapat menghadapi semua situasi.

"Di manapun posisinya, kita harus siap. Kita sudah dilatih dengan kemampuan bela diri dan mengendarai motor trail juga," tegas Novalia.




Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.