Ukraina puji Turki atas tawaran jadi mediator dengan Rusia
Ukraina siap untuk mengadakan negosiasi dalam format apa pun, kata duta besar Ukraina untuk Turki

ANKARA
Ukraina pada Senin menyambut baik tawaran Turki untuk menengahi konflik dengan Rusia ketika Ankara menawarkan untuk mengundang para pemimpin kedua negara untuk melakukan pembicaraan di ibu kotanya.
"Baik Ukraina dan Turki ingin memastikan stabilitas dan perdamaian di kawasan kami. Kami bekerja sama untuk memastikan stabilitas ini," kata Duta Besar Ukraina Vasyl Bodnar pada konferensi yang diadakan oleh Pusat Studi Krisis dan Kebijakan Ankara (ANKASAM) di Turki.
Menekankan Ukraina dan Turki telah mencapai kemajuan signifikan dalam mengembangkan hubungan selama 30 tahun terakhir, Bodnar mengatakan kedua negara memiliki kepentingan yang sama.
Mengacu pada tawaran Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menengahi antara Rusia dan Ukraina, Bodnar mengatakan, "Saya ingin menyatakan bahwa kami menyambut tawaran mediasi Turki, terutama dalam konteks ini, tawaran presiden Turki untuk mengundang kedua presiden (Volodymyr Zelensky) dan (Presiden Rusia Vladimir) Putin ke Turki, dan juga perannya sebagai mediator dalam masalah ini."
"Pihak Ukraina menyambut baik tawaran ini dan siap untuk mengadakan negosiasi ini dalam format apa pun. Saya berharap Moskow juga akan mempertimbangkannya secara positif," ujar dia.
Dia menyoroti Turki dan Ukraina keduanya memiliki ekonomi yang kuat dan perdagangan bilateral mereka semakin meningkat.
"Kami telah mencapai tahap penandatanganan perjanjian perdagangan bebas. Bahkan tanpa kesepakatan perdagangan bebas, volume perdagangan kami telah meningkat sebesar 50 persen pada 2021,” ucap Bodnar.
Menggarisbawahi bisnis Turki berada dalam posisi terdepan dalam proyek-proyek besar di Ukraina, dia mengatakan lebih dari 35.000 warga Ukraina saat ini tinggal di Turki.
Keanggotaan Ukraina di NATO tingkatkan keamanan aliansi
Terkait ketegangan antara Kyiv dan Moskow, Bodnar mengatakan konflik ini telah berlangsung selama delapan tahun.
“Oleh karena itu, kehadiran tentara Rusia di perbatasan Ukraina bukanlah hal baru bagi kami, tetapi yang baru di sini adalah jumlah dan niat mereka. Kami siap untuk mengadakan negosiasi dalam format apa pun dan pihak Ukraina telah menyambut semua format yang ada sebelumnya," tutur dia.
"Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya. Di sisi lain, kami perlu memperkuat pertahanan dan kapasitas pertahanan tentara kami. Kami siap untuk skenario terburuk, kami siap untuk membela diri," tambah dia.
Menggarisbawahi merupakan "kesalahan besar" untuk tidak menerima Ukraina ke dalam NATO pada tahun 2008, dia mengatakan keanggotaan Kyiv akan meningkatkan keamanan sekutu NATO.
Menekankan keanggotaan Ukraina di NATO akan menjadi salah satu "faktor terkuat yang dapat menghentikan Rusia," tutur dia, seraya menyebut NATO tidak perlu mengirim pasukan ke Ukraina jika menjadi anggota aliansi.
Pada Minggu dan Senin, pemerintah AS dan Inggris memutuskan untuk menarik keluarga diplomat mereka di Kyiv.
Sekutu NATO mengirim lebih banyak kapal dan jet untuk "meningkatkan pencegahan dan pertahanan" di timur Eropa ketika Rusia "melanjutkan pembangunan militernya di sekitar Ukraina," ungkap NATO pada Senin.
AS, dengan sekutu Eropanya, telah memperingatkan bahwa Rusia sedang menyiapkan panggung untuk invasi ke Ukraina dan telah menempatkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasannya dengan negara bekas republik Soviet di samping penempatan artileri dan tank yang signifikan.
Moskow membantah mempersiapkan serangan militer tersebut, dan mengatakan pasukannya ada di sana untuk melakukan latihan rutin.
NATO mulai meningkatkan kehadirannya di timur Eropa setelah aneksasi ilegal Rusia atas Krimea pada 2014.