Dunia

Qatar kutuk pembantaian di El-Fasher, minta dunia bertindak

Pada 26 Oktober, RSF merebut kendali atas El-Fasher dan dilaporkan melakukan pembantaian bernuansa etnis terhadap warga sipil, menurut laporan organisasi lokal dan internasional

Betul Yilmaz  | 05.11.2025 - Update : 05.11.2025
Qatar kutuk pembantaian di El-Fasher, minta dunia bertindak Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.

DOHA

Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengecam kekejaman yang dilakukan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di kota El-Fasher, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara, Sudan.

Dia menyerukan segera ditempuhnya solusi politik guna mengakhiri konflik berkepanjangan di negara itu.

“Kami menyatakan keterkejutan kolektif atas kekejaman mengerikan yang terjadi di kota El-Fasher di wilayah Darfur, Sudan, dan menegaskan kembali kecaman kami terhadap tindakan tersebut dengan sekeras-kerasnya,” kata Sheikh Tamim dalam pidato pembukaan KTT Dunia Kedua untuk Pembangunan Sosial di ibu kota Doha, Senin.

Pada 26 Oktober lalu, RSF merebut kendali atas El-Fasher dan dilaporkan melakukan pembantaian bernuansa etnis terhadap warga sipil, menurut laporan organisasi lokal dan internasional.

Serangan itu memicu kekhawatiran akan semakin menguatnya pembagian wilayah Sudan secara de facto.

“Sudan telah menanggung penderitaan akibat konflik ini selama lebih dari dua setengah tahun. Sudah saatnya konflik ini diakhiri melalui solusi politik yang menjaga persatuan, kedaulatan, dan keutuhan wilayah Sudan,” ujarnya.

Sejak 15 April 2023, tentara Sudan dan RSF terlibat perang saudara yang telah menewaskan ribuan orang, memaksa jutaan warga mengungsi, dan menimbulkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Terkait situasi di Jalur Gaza, Emir Qatar juga menekankan perlunya dukungan internasional untuk mengatasi “konsekuensi bencana” dari dua tahun agresi Israel di wilayah tersebut.

Dia menyerukan komunitas internasional untuk “melipatgandakan upaya serta memberikan dukungan kepada rakyat Palestina untuk rekonstruksi dan pemenuhan kebutuhan dasar.”

“Pembangunan sosial tidak dapat dicapai tanpa adanya perdamaian dan stabilitas,” tambahnya.

Lebih dari 200 negara dan organisasi internasional dijadwalkan menghadiri KTT tiga hari di Doha tersebut, yang membahas aksi global dalam pengentasan kemiskinan, inklusi sosial, dan pelaksanaan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 PBB.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.