PROFIL - Mengenang Benazir Bhutto, PM wanita Muslim pertama
Tiga dekade lalu, Benazir Bhutto menjadi perdana menteri Pakistan

İslamabad
Islamuddin Sajid
ISLAMABAD, Pakistan
Benazir Bhutto, perdana menteri wanita Muslim pertama, mengambil sumpah jabatannya pada 2 Desember tiga dekade lalu.
Dia memenangkan pemilihan umum pada 1988 setelah pemerintahan militer pimpinan Jenderal Zia-ul-Haq berkuasa selama bertahun-tahun di Pakistan.
Bhutto baru berusia 35 tahun ketika dia menjadi perdana menteri di negara mayoritas Muslim itu.
Putrinya Aseefa Bhutto Zardari mengingatnya dalam sebuah cuitan di akun Twitter-nya pada Minggu.
"30 tahun lalu hari ini, Benazir Bhutto membuat sejarah, pada usia 35 tahun, ibuku mengambil sumpah sebagai Perdana Menteri perempuan pertama dan termuda di Dunia Muslim," cuitnya di Twitter.
Lahir pada 1953 di Karachi, kota pelabuhan di tenggara Pakistan, dia adalah anak tertua dari mantan Perdana Menteri Zulfiqar Ali Bhutto, yang menjabat sebagai perdana menteri pertama yang terpilih secara demokratis pada 1970 hingga 1977.
Setelah lulus dari universitas Harvard dan Oxford, Benazir Bhutto memasuki kancah politik segera setelah pemerintahan ayahnya digulingkan dalam kudeta militer dan dia dijatuhi hukuman mati.
Dia mengambil kendali Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang sebelumnya dipimpin oleh ayahnya dan meluncurkan gerakan untuk memulihkan demokrasi melawan Jenderal Zia-ul-Haq.
Muhammad Tahir Khan, seorang pemimpin partai senior, mengingatnya dengan jelas.
Dia mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Bhutto adalah sosok yang muda tetapi sangat berani.
"Pada masa itu, semua pemimpin senior partai ditangkap dan dipenjarakan oleh penguasa militer," kenang Khan.
Bhutto mengasingkan diri pada 1984, namun tetap melakukan gerakan melawan Jenderal Zia-ul-Haq.
Dua tahun kemudian dia kembali dari pengasingan dan melanjutkan perjuangannya.
Jenderal Zia-Ul-Haq tewas dalam kecelakaan pesawat pada 1988.
Pada tahun yang sama hasil pemilu mengumumkan kemenangan PPP dan Bhutto dilantik sebagai perdana menteri.
Namun setelah menjabat, dia memiliki perbedaan pandangan tentang pembentukan militer yang kuat dan setahun kemudian pemerintahannya diberhentikan oleh presiden atas tuduhan korupsi.
Dia menjadi perdana menteri untuk kedua kalinya setelah pemilihan umum 1993. Tetapi sekali lagi, pemerintahannya dibubarkan atas tuduhan korupsi.
Pada 1997, partainya kalah dalam pemilihan umum dan Nawaz Sharif naik menjadi perdana menteri.
Karena persaingan politiknya dengan Sharif, dia meninggalkan Pakistan dan pergi mengasingkan diri.
Pada 2003, Jenderal Pervez Musharraf, seorang penguasa militer, menggugatnya dengan sejumlah kasus korupsi, tetapi dia tetap berada di pengasingan selama sembilan tahun.
Musharraf membatalkan semua gugatan terhadapnya pada 2007 dan membuka jalan bagi kepulangannya ke Pakistan.
Tidak lama setelah kedatangannya ke Karachi pada Oktober 2007, sebuah serangan bom bunuh diri meledak dekat rombongan yang membawanya ke lokasi kampanye dan menewaskan lebih dari 130 orang. Bhutto berhasil selamat dari serangan itu.
Dua bulan kemudian, dia ditembak di bagian leher oleh seorang pembunuh yang kemudian juga meledakkan sebuah bom bunuh diri di Rawalpindi saat hendak meninggalkan lokasi kampanye.
Nyawanya tidak dapat diselamatkan, dia dinyatakan meninggal dunia sesaat setelah dilarikan ke rumah sakit.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.