Presiden Rusia dan Palestina bahas situasi terbaru di Yerusalem
Presiden Rusia dan Palestina mengungkapkan harapan mereka agar ketegangan tidak berubah menjadi konfrontasi Palestina-Israel skala besar, kata Kremlin

MOSKOW
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Palestina pada Senin membahas ketegangan yang meningkat di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, kata sebuah pernyataan dari Kremlin.
Dalam percakapan via telepon atas inisiasi Abbas, kata pernyataan itu, kedua pemimpin berharap bahwa situasi di Yerusalem tidak berubah menjadi konfrontasi Palestina-Israel dalam skala besar.
"Pentingnya memulai kembali dialog langsung antara Palestina dan Israel, khususnya, di bawah naungan Kuartet mediator internasional," tambah pernyataan tersebut.
Didirikan di Madrid pada 2002, Kuartet di Timur Tengah terdiri dari PBB, Uni Eropa, Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Putin dan Abbas juga membahas kerja sama bilateral dalam perdagangan dan ekonomi, dan menegaskan komitmen bersama untuk mengembangkan hubungan lebih lanjut, kata pernyataan itu.
Presiden Rusia juga membahas situasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur bersama sejawatnya dari Aljazair Abdelmadjid Tebboune.
Dalam sebuah pernyataan, Kremlin mengatakan Putin dan Tebboune menekankan pentingnya mengintensifkan upaya internasional untuk penyelesaian konflik di Timur Tengah.
Ketegangan meningkat di seluruh wilayah Palestina sejak awal April di tengah kampanye penangkapan Israel yang berulang di Tepi Barat.
Pada hari Jumat, puluhan warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan pasukan Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang-orang Yahudi menyebut daerah itu "Gunung Kuil", mengklaim bahwa itu adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967.
Negara ini mencaplok seluruh kota pada tahun 1980, dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.