Penduduk sipil di kamp pengungsian Suriah terancam kelaparan
Penduduk sipil, yang kebanyakan terdiri dari wanita dan anak-anak, sedang menunggu uluran bantuan pokok dari PBB agar dapat bertahan hidup
Syria
Ömer Koparan, Mehmet Burak Karacaoğlu
AZAZ, Suriah
Jutaan warga sipil yang terlantar akibat kekerasan rezim Suriah Bashar al-Assad terancam dengan kelaparan setelah Rusia mencegah bantuan kemanusaan internasional dengan vetonya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
Warga sipil yang berlindung di kamp-kamp di garis perbatasan Turki dari serangan rezim Assad dan para pendukungnya, berjuang untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang sangat buruk.
Lebih dari tiga juta penduduk Suriah berisiko kelaparan setelah Rusia memblokir bantuan kemanusiaan PBB yang masuk dari wilayah Turki di Kilis dan Hatay.
Penduduk sipil, yang kebanyakan terdiri dari wanita dan anak-anak, sedang menunggu uluran bantuan pokok dari PBB agar dapat melanjutkan kehidupan.
"Jika bantuan itu dicegah, kami akan kelaparan"
Abu Safa, pengungsi kamp tenda di wilayah Katma dekat distrik Azaz di utara Aleppo, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa mereka sedang berjuang untuk bertahan hidup dalam kondisi yang sangat sulit.
"Kami sebagai orang yang tinggal di kamp mendengar via media sosial bahwa bantuan PBB akan dihentikan. Jika bantuan tersebut dicegah, kami akan kelaparan," kata Abu Safa.
Abu Safa mengungkapkan daya beli orang-orang yang tinggal di kamp hampir dikatakan tidak ada.
"Saya bertanya kepada pihak yang mencegah bantuan itu masuk. Apakah saya dan warga yang tinggal di kamp-kamp ini memiliki daya beli. Kami tidak punya uang sepeser pun untuk membeli sepotong roti.”
“
Pada rapat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Rusia baru-baru ini menghalangi bantuan kemanusiaan yang telah menjadi "masalah hidup dan mati" bagi tiga juta warga Suriah.
Sekitar tiga juta warga Suriah yang membutuhkan bantuan akan menghadapi risiko kelaparan, jika DK PBB tak mengambil resolusi untuk memberikan bantuan tersebut dalam 48 jam.
PBB, yang telah memungkinkan bantuan internasional mengalir ke Suriah sejak 2014, menginginkan bantuan itu diperpanjang hingga satu tahun terutama untuk wilayah barat laut.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dan lembaga bantuan internasional lainnya telah mengirim 38.552 konvoi bantuan ke Suriah dalam enam tahun.
Bantuan tersebut berupa makanan, obat-obatan, alat kesehatan, dan alat kebersihan.
Sampai tahun lalu, bantuan PBB disalurkan melalui empat pintu perbatasan, termasuk duanya di Turki.
Kini jumlah pintu yang digunakan turun menjadi dua karena perbatasan Suriah-Yordania dan Suriah-Irak tak lagi dapat digunakan untuk masuknya bantuan karena veto Rusia pada Desember 2019.
Rusia dan China pada Selasa memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan memperpanjang durasi pengiriman bantuan kemanusiaan lintas perbatasan kepada tiga juta warga Suriah selama setahun.