Politik, Dunia, Analisis

'Serangan pada konvoi bantuan Gaza tunjukkan dehumanisasi yang dialami warga Palestina'

‘Israel telah menyerang warga Palestina, jurnalis, dokter, pekerja kesehatan, pekerja PBB dengan impunitas penuh selama enam bulan sekarang, dan ini harus dihentikan,’ kata pengacara Palestina-Amerika

Burak Bir  | 08.04.2024 - Update : 16.04.2024
'Serangan pada konvoi bantuan Gaza tunjukkan dehumanisasi yang dialami warga Palestina'

LONDON 

Pembunuhan yang dilakukan leh Israel terhadap pekerja kemanusiaan adalah hal yang “tercela” namun hal itu tidak mengherankan, karena Israel sejauh ini telah menyerang jurnalis, dokter, pekerja kesehatan dan staf NGO kemanusiaan dengan “kekebalan hukum penuh selama enam bulan,” menurut Lara Elborno, seorang pengacara Palestina-Amerika.

Dalam sebuah wawancara dengan Anadolu, Elborno mengecam serangan yang dilakukan minggu lalu terhadap konvoi World Central Kitchen (WCK) yang berbasis di AS, dan dia mengatakan bahwa penargetan warga sipil dan pekerja kemanusiaan harus dihentikan.

“Pembunuhan tujuh pekerja yang dilakukan Israel dengan sengaja adalah hal yang tercela, tapi ini bukanlah hal baru. Israel telah menyerang warga Palestina, jurnalis, dokter, pekerja kesehatan, pekerja bantuan dan pekerja PBB dengan impunitas penuh selama enam bulan hingga saat ini, dan hal ini harus segera dihentikan,” ujar dia.

Serangan pada 1 April itu telah menewaskan tujuh pekerja kemanusiaan – tiga warga Inggris, seorang warga Australia, seorang warga Polandia, seorang warga negara ganda AS-Kanada, dan seorang warga Palestina.

Hal ini telah memicu kecaman keras di seluruh dunia dan seruan untuk menuntut pertanggungjawaban, dimana banyak orang, termasuk pendiri WCK Jose Andres, membantah klaim Israel bahwa hal tersebut adalah sebuah “kesalahan” dan sebuah kasus “kesalahan identifikasi.”

Elborno mengatakan dia tidak setuju dengan anggapan bahwa pembunuhan pekerja kemanusiaan WCK lebih relevan atau lebih dahsyat dibandingkan konteks pembunuhan mereka, “yaitu genosida rakyat Palestina di Gaza.”

“Pada hari ke 180 genosida Israel, rakyat Palestina terguncang oleh salah satu pembantaian terbesar dalam sejarah kita,” kata dia, mengacu pada pengepungan dan serangan Israel baru-baru ini yang menghancurkan Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, menyebabkan ratusan orang tewas termasuk pengungsi, keluarga pasien dan dokter.

Namun, hal ini terjadi sekitar waktu yang sama ketika Israel membunuh tujuh pekerja tersebut, dan “sayangnya media lebih tertarik pada cerita terakhir,” kata Elborno.

Dia mengatakan ini adalah “logika yang sangat berbahaya” yang menunjukkan sejauh mana “dehumanisasi warga Palestina,” dan kematian warga Palestina “entah bagaimana tidak dapat dihindari atau dianggap wajar.”

Dia menegaskan bahwa hal ini telah membuka jalan bagi “genosida ini dan memungkinkan Israel lolos selama 180 hari terakhir.”

Seruan embargo senjata dan sanksi

Israel, yang menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), kini telah membunuh hampir 33.200 warga Palestina di Gaza, mayoritas dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan melukai hampir 76.000 orang.

Hal ini telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong tersebut, membuat jutaan orang mengungsi dan membuat mereka menghadapi kelaparan akibat blokade yang melumpuhkan bantuan dan kebutuhan pokok.

Elborno mengatakan Israel terus membunuh warga Palestina meskipun ada dua perintah dari pengadilan ICJ, resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, dan laporan yang memberatkan oleh pelapor khusus PBB Francesca Albanese yang mengatakan ada “alasan yang masuk akal” untuk percaya bahwa Israel melakukan genosida di Gaza.

“Namun AS terus menyalurkan senjata, bekerja sama dalam hal intelijen, dan terus mengalirkan dana, sehingga Israel terus bertindak dengan berani dan membunuh serta membuat lebih banyak warga Palestina kelaparan di Gaza,” ungkap dia.

Dia mengatakan hal ini menunjukkan pentingnya dan perlunya “sanksi mendesak” dan embargo senjata terhadap Israel.

“Negara-negara perlu memberikan tekanan terhadap Israel dengan memberlakukan embargo senjata, dengan menjatuhkan sanksi, dan memutuskan hubungan dengan Israel untuk memaksa negara tersebut mematuhi kewajiban internasionalnya serta mengakhiri genosida ini.”

“Untuk membongkar rezim apartheid mereka, menghentikan rezim apartheid mereka selama 75 tahun, pelanggaran berkepanjangan terhadap hak warga Palestina untuk kembali dan hak penentuan nasib sendiri warga Palestina,” kata Elborno.

“Setiap orang yang bertanggung jawab, baik Israel atau pendukung Baratnya, harus diadili,” seru dia.

Hal ini penting karena jika pelanggaran terhadap hukum internasional tidak diatasi, maka itu akan menjadi “preseden baru” bagi negara lain, tambah dia.

“Setiap pelanggaran yang dilakukan Israel menjadi praktik baru yang dapat diterima di tempat lain… Saya pikir mengambil sikap menentang genosida Israel di Gaza adalah satu-satunya posisi logis manusia jika seseorang menghargai kehidupan manusia dan masa depan umat manusia secara keseluruhan,” tukas Elborno.​​​​​​​​

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın