Pakar sebut jatuhnya Mariupol akan perpanjang perang di Ukraina
Situasi terkini di kota pelabuhan Ukraina dapat meningkatkan tekad Rusia dan mendorong Ukraina untuk bertindak lebih berani, kata kepala lembaga think tank
ANKARA
Perang di Ukraina yang dimulai Rusia pada 24 Februari sepertinya tidak akan berakhir dalam waktu dekat karena tentara Rusia hampir sepenuhnya menguasai kota pelabuhan Mariupol di selatan Ukraina yang memiliki posisi strategis, menurut seorang ahli.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim kemenangan Jumat kemarin di Mariupol, yang terletak di utara Laut Azov dan mengatakan pasukannya tidak perlu menyerbu zona industri pabrik baja Azovstal di mana tentara Ukraina yang tersisa sudah terkepung dan dikelilingi pasukan Rusia.
Dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency, kepala lembaga think tank Pusat Studi Krisis dan Kebijakan Ankara (ANKASAM), Mehmet Seyfettin Erol, mengatakan kota itu telah menyaksikan beberapa bentrokan paling sengit dalam perang dan bahwa Rusia telah memperkuat posisi mereka.
Namun, Kyiv menyampaikan bahwa mereka tidak akan menyetujui keadaan ini, dan kemungkinan Ukraina akan menyerang pasukan Rusia di kota itu, kata Erol.
Setelah menguasai sebagian besar kota Mariupol, Rusia juga telah memperkuat militernya di Laut Hitam karena sekarang dapat dengan bebas menggunakan Laut Azov sebagai perairannya, menurut Erol.
Dia mengatakan Rusia sekarang mungkin dapat membangun koridor antara Krimea dan wilayah Donbass untuk lebih memperkuat posisinya di hari-hari mendatang.
Mariupol juga dikenal sebagai lokasi penting bagi perekonomian Ukraina, karena memiliki pelabuhan terbesar di Laut Azov untuk ekspor seperti baja, besi, dan produk pertanian serta impor.
Kota ini juga memiliki fasilitas industri besar, sehingga kendali penuh Rusia berpotensi mencekik Ukraina secara ekonomi, yang sudah sangat terpukul oleh perang.
"Ini adalah pukulan besar bagi pihak Ukraina," kata dia, sambil mencatat penggunaan sumber daya, fasilitas, dan pelabuhan Mariupol di sekitar Ukraina.
Laut Azov dapat memberikan pendapatan yang mereka butuhkan bagi kelompok separatis pro-Rusia dan Moskow untuk mempertahankan perang.
Selain itu, status quo di Mariupol akan memberikan peluang propaganda bagi pemerintah Rusia untuk mendapatkan dukungan publik di dalam negeri dan mengkonsolidasikan posisi Putin, dan juga meningkatkan semangat pasukan Rusia, kata Erol.
"Semua yang dikatakan, orang tidak bisa mengatakan jatuhnya Mariupol akan menghilangkan perlawanan Ukraina, baik, dan pemerintah Kyiv mengisyaratkan kemungkinan serangan, mengatakan tidak akan menerima situasi di Mariupol," tambah dia.
Moskow dapat memilih beralih ke meja perundingan setelah mencapai tujuannya di timur Ukraina, terutama setelah mengamankan Mariupol, sementara Ukraina dapat mengambil langkah lebih berani untuk mempertahankan integritas dan kedaulatan teritorialnya, dan ini berpotensi memperpanjang perang, urai Erol.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Jumat lalu mengatakan bahwa ratusan orang terluka dan ada tentara yang bersembunyi di pabrik baja Azovstal, sementara sekitar 120.000 warga sipil diblokade di kota itu.
Pejabat senior Uni Eropa telah meminta Putin untuk memastikan koridor yang aman tetap terbuka untuk evakuasi warga sipil.
Setidaknya 2.435 warga sipil telah tewas dan 2.946 terluka di Ukraina sejak perang dimulai 24 Februari, menurut perkiraan PBB, dan angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.
Lebih dari 5,1 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain, dengan lebih dari 7,7 juta lebih pengungsi internal, kata badan pengungsi PBB.
