
Johannesburg
Hassan Isilow
JOHANNESBURG
Kerusuhan anti-migran kembali terjadi di Johannesburg, Afrika Selatan, pada Minggu, menelan satu korban jiwa dan melukai lima lainnya.
"Jumlah orang [perusuh] yang dikonfirmasi tertangkap adalah 16 dan polisi akan terus memantau situasi di daerah itu sepanjang malam," kata juru bicara kepolisian Kapten Kay Makhubele kepada stasiun televisi lokal eNCA.
Sekelompok pria yang menggunakan tongkat dan parang turun ke jalanan kota terbesar di Afrika Selatan itu dan meminta para migran untuk meninggalkan kota atau menghadapi konsekuensinya.
Polisi terpaksa menembakkan peluru karet dan granat kejut untuk membubarkan para perusuh yang sebagian besar adalah penghuni asrama pria Jeppestown.
Makhubele mengatakan polisi telah mengerahkan lebih banyak personel untuk meningkatkan keamanan di semua daerah yang bergejolak di Johannesburg.
Sebagian besar toko tutup pada Minggu karena para penjaga takut dijarah oleh para perusuh.
Kekerasan yang menargetkan warga negara asing dimulai pada Minggu lalu, di mana toko-toko milik warga negara asing dijarah selama tiga hari berturut-turut.
Namun, kondisi mulai kondusif pada Kamis hingga Sabtu, tetapi kekerasan kembali terjadi pada Minggu.
Banyak toko asing dan bisnis lainnya termasuk dealer mobil dibakar.
Tingginya tingkat pengangguran di negara itu memicu penduduk setempat menuduh warga asing mengambil pekerjaan yang sejatinya disediakan bagi mereka.
Warga juga menuduh warga negara asing berkompetisi secara tidak adil dalam menjalankan bisnis ritel, yang menurut mereka tidak boleh dimiliki orang asing.
Sebagai balasan, warga Nigeria menyerang toko-toko yang berkaitan dengan Afrika Selatan di setidaknya tiga negara bagian.
Akibatnya, raksasa telekomunikasi Afrika Selatan MTN terpaksa menutup toko dan kantornya di Nigeria untuk sementara.
Afrika Selatan kemudian menutup sementara kedutaan besarnya di Nigeria setelah serangan itu.
Asosiasi Sepakbola Zambia (FAZ) mengumumkan pada Selasa malam bahwa mereka membatalkan pertandingan persahabatan dengan dengan tim nasional Afrika Selatan yang dijadwalkan pada Sabtu di Lusaka.
FAZ mengatakan keputusan itu sebagai tanggapan terhadap kekerasan anti-migran yang sedang berlangsung di Afrika Selatan, di mana Uni Afrika dan negara-negara lainnya di benua itu juga mengutuk serangan tersebut.