Dunia

Haftar gunakan milisi dan tentara bayaran asing untuk lawan GNA Libya

Haftar membutuhkan SDM yang lebih banyak lagi ketika dia ingin melanjutkan serangan agresifnya untuk merebut sebidang tanah di Tripoli

Muhammad Abdullah Azzam  | 25.12.2019 - Update : 26.12.2019
Haftar gunakan milisi dan tentara bayaran asing untuk lawan GNA Libya Ilustrasi: Pasukan pemerintah Libya yang diakui PBB (Libyan National Accord / NAG) tengah bersiap melakukan operasi menghadang serangan militer dari pasukan pemberontak daerah timur Libya pimpinan Jenderal Khalifa Haftar di derah Al-Falah, Tripoli, Libya pada 8 April 2019. Foto Jendral Haftar tampak ditempel di kaca depan kendaraan tempur. ( Hazem Turkia - Anadolu Agency )

Istanbul

Mustafa Dalaa, Enes Canlı

ISTANBUL

Khalifa Haftar, pemimpin yang mengimpikan untuk merebut ibu kota Libya dengan kudeta menyeret negaranya itu ke dalam tragedi kekerasan.

Komandan yang bermarkas di Libya Timur tersebut sedang mencoba untuk menutupi kekurangan sumber daya manusianya dengan merekrut milisi radikal dan tentara bayaran yang memiliki riwayat (track record) buruk.

Setelah upaya kudeta pada tahun 2014, Haftar memanfaatkan kondisi kekosongan pemerintahan di Libya dan memperluas wilayah kekuasaannya setiap tahun.

Usai merebut wilayah selatan pada awal tahun, hanya tersisa ibu kota Tripoli yang belum ditaklukkan olehnya.

Tripoli, wilayah terpenting di Libya, adalah rumah bagi dua pertiga populasi negara itu sekaligus ibu kota misi diplomatik dan lembaga negara yang independen.

Pada 4 April, Haftar memerintahkan serangan skala besar untuk merebut ibu kota Tripoli dari pasukan Pemerintah Perjanjian Nasional (GNA).

Haftar bertujuan untuk merebut legitimasi dari GNA, yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan masyarakat internasional sebagai perwakilan hukum Libya.

Namun, Haftar gagal dalam meraih kemenangan yang dia janjikan "cepat dan pasti" itu dalam 8 bulan terakhir. Dia pun membutuhkan sumber daya manusia yang lebih banyak lagi ketika dia harus melanjutkan serangan agresifnya untuk merebut sebidang tanah.

Gejolak di Libya berawal sejak 2011, ketika Muammar Khaddafi digulingkan dan tewas dalam pemberontakan yang didukung NATO setelah empat dekade berkuasa.

Sejak itu, muncul dua poros kekuasaan yang saling bersaing di negara kaya minyak itu, satu di Libya timur, dan satu lagi yang berbasis di Tripoli.

-Satuan milisi Hafter "Tentara Nasional Libya"

Khalifah Haftar menyebut kelompok yang dipimpin olehnya dengan istilah "Tentara Nasional Libya" dan ingin dianggap seperti tentara resmi. Faktanya, pasukan Haftar bekerja seperti ‘dealer’ dan dia mencoba untuk menyatukan milisi yang dia kumpulkan di bawah satu atap.

Milisi yang bergabung dalam barisan Haftar di antaranya komite suku-suku Libya dari wilayah timur dan barat yang dibentuk Gaddafi, ekstrimis Madkhali Salafi, milisi Janjaweed dari Sudan yang memiliki track record buruk, para pemberontak di Chad, tentara bayaran Rusia, hingga perwira militer dari Mesir, Uni Emirat Arab (UEA) dan Prancis.

Haftar memiliki sekitar 25-30 ribu pasukan di mana tujuh ribu personel militer terlatih dari berbagai kelompok. Putra Haftar, Saddam Haftar memimpin pasukan terbaik yakni Brigade ke-106, yang terbesar dan paling terlatih.

Distribusi pasukan lain yang dipegang oleh Haftar sebagai berikut:

  • Salafi Madkhali

Madkhali Salafi, yang berada di jajaran Haftar, berpemikiran ekstrem tetapi menganut pandangan bahwa penguasa harus dipatuhi. Atas alasan ini, mereka berperang di barisan Haftar, yang diterima Arab Saudi sebagai penguasa resmi dan didukung oleh Riyadh.

Peneliti SETA Emrah Kekilli mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Salafi Madkhali lebih mengancam Libya dari Daesh karena sifatnya, kepercayaannya, organisasi dan cara menerima pesanan dan penyebarannya ke wilayah yang luas.

  • Batalion Nida

Batalion Nida, gerakan Salafi yang paling menonjol, yang diperintah oleh Mahmoud al-Werfalli, buronan internasional atas surat penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional terkait kejahatan perang yang dilakukannya. Pada bulan Juli lalu, Haftar menaikkan jabatan al-Werfalli sebagai mayor.

  • Mahmoud al-Werfalli dituduh melakukan eksekusi di luar pengadilan terhadap 10 orang yang ditutup matanya dalam rekaman video.Satuan Pasukan Salafi Tauhid

Serikat Tauhid Salafi ini dipimpin oleh Ashraf al-Miyar, yang berpartisipasi dalam pemberontakan melawan Ghaddafi. Dia berpendapat bahwa mereka yang menentang Haftar "keluar dari agama dan karena itu boleh untuk dibunuh".

  • Satuan Pasukan Sabil al-Salam

Pasukan Sabil al-Salam yang dipimpin oleh Adburrahman al-Qilani aktif di wilayah tenggara, Al-Kufra.

  • Pasukan Al-Kaniyat

Terletak di kota Tarhuna, sekitar 90 kilometer tenggara ibu kota, unit Al-Kaniyat berada di bawah kendali Bani Kani. Mayoritas pasukan al-Kaniyat mantan tentara Ghaddafi yang membela ide-ide fanatik. Awalnya Korps Al-Kaniyat, berada di jajaran GNA di ibu kota, namun disingkirkan karena pelanggaran yang mereka lakukan dan kemudian mereka bekerja sama kembali dengan Haftar. Berkat pasukan ini beberapa lingkungan di selatan ibu kota jatuh ke tangan Haftar.

  • Tentara pro-rezim Ghaddafi

Setelah rejim Khaddafi runtuh pada 2011, Haftar berusaha merekrut pasukan yang tersebar. Di antara mereka, para pejuang dari unit-unit seperti Muhammad al-Muqrif, Brigade Khamis dan Brigade ke-32 yang berpengalaman dan mampu menggunakan senjata paling canggih.

  • Milisi kabilah

Beberapa suku di bagian timur Libya bekerja sama dengan Haftar. Misalnya, Sirta di utara, Terhuna di barat, dan suku Haftar di mana Haftar adalah salah satu anggotanya di kota Ajdabiyah. Selain itu, Suku Ubaidat, dan beberapa suku lainnya, mendukung Haftar.

  • Tentara bayaran

Setelah memperbesar wilayah kekuasaannya, Haftar merasa butuh pasukan lebih banyak lagi untuk mempertahankan tanah-tanah yang sudah mereka kuasai. Atas dukungan dari sekutunya, Haftar bekerja sama dengan tentara bayaran dalam kondisi yang berbeda-beda.

Selain itu, pejabat militer Mesir, Uni Emirat Arab (UEA) dan Prancis sering disebut oleh berbagai media memberikan layanan taktik perang kepada pasukan Haftar di lapangan.

Adapun tentara bayaran asing di jajaran Haftar sebagai berikut:

-Menurut laporan PBB, sekitar 700 anggota kelompok bersenjata pemberontak Chad berada di barisan Haftar di Libya.

-Tentara Kemerdekaan Sudan: Sekitar 500 milisi dari dua kelompok terpisah yang beroperasi di Darfur, Sudan barat masuk ke dalam barisan Haftar.

-Milisi Janjaweed Sudan: Hampir seribu milisi Janjaweed yang dipersenjatai oleh Muhammad Hamdan Daklu, alias Hmidti, Pasukan Dukungan Cepat di Sudan melindungi pangkalan udara Jufra yang memiliki posisi penting dalam serangan Haftar ke ibu kota, menurut laporan PBB di Libya. Beberapa komandan milisi Janjaweed menjadi buronan Pengadilan Kriminal Internasional terkait kegiatan mereka di Darfur. Menurut laporan media internasional, jumlah milisi Sudan yang bertempur di barisan Haftar saat ini mencapai 3.000 orang.

-Perusahaan keamanan Rusia Wagner Group adalah kelompok tentara bayaran yang paling banyak diperdebatkan di Libya. Tentara tersebut milik Yevgeny Prigozhin, orang terdekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Menurut Bloomberg, sekitar 1400 pasukan dari Wagner Group datang ke Libya dengan membawa 25 pilot Rusia, para pilot itu memberikan pelatihan kepada pasukan haftar, mereka juga menerbangkan pesawat tempur terbaru Sukhoi Rusia-22 di langit Libya.

Menurut Euronews, tentara bayaran yang sebelumnya telah bertempur di Ukraina, kini mereka berperang di garis depan di Libya.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.