Dunia, Analisis

EKSKLUSIF: Dubes: Turki, Indonesia berdiri sangat kuat di belakang Palestina

Kita harus meminta hak yang sama berdasarkan populasi penduduk

Dandy Koswaraputra  | 19.08.2019 - Update : 21.08.2019
EKSKLUSIF: Dubes: Turki, Indonesia berdiri sangat kuat di belakang Palestina Duta Besar Republik Turki untuk Indonesia Mahmut Erol Kılıç berbicara dengan Kantor berita Turki Anadolu Agency pada wawancara di Kedutaan Besar Turki di Jakarta, Indonesia pada 12 Agustus 2019. (Anton Raharjo - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency, Duta Besar Turki untuk Indonesia Mahmut Erol Kılıç menjelaskan berbagai isu yang terkait negaranya, seperti Palestina, agenda Presiden Recep Tayyip Erdoğan yang akan berkunjung ke Indonesia tahun depan dan isu kelompok teror FETO.

Dia menjelaskan bahwa rencana kedatangan Presiden Erdogan ke Indonesia pada awal 2020 akan membahas masalah perdagangan antar kedua negara dan beberapa isu lainnya.

Wawancara yang dilakukan pekan lalu ini juga mengungkap ancaman kelompok Teror FETO jika saja upaya kudeta yang dilakukannya pada 16 Juli 2016 berhasil.

Berikut petikannya:

Anadolu Agency (AA): Presiden Recep Tayyip Erdoğan berencana mengunjungi Indonesia tahun depan. Apa agenda spesifik yang akan dia lakukan di sini?

Mahmut Erol Kılıç (MEK): Presiden Erdogan mencintai Indonesia secara umum dan dia ingin meningkatkan hubungan bilateral di setiap bidang antara dua negara. 

Selama pertemuan G20 di Osaka, beliau secara terbuka bertanya kepada Presiden Jokowi bahwa beliau ingin mengunjungi Indonesia. Bapak Jokowi menjawab dengan senang hati menerima kunjungan Presiden Erdogan. Mereka menyepakati untuk bertemu pada awal 2020, antara Januari, Februari atau Maret. Tapi tanggal persisnya belum kami pastikan. 

Dan untuk agenda sebenarnya kita juga belum tahu. Tapi kita bisa memprediksi mulai sekarang bahwa sebagian besar adalah tentang hubungan perdagangan dan beberapa masalah lainnya.

Tentu saja, kami tidak memiliki masalah atau kesalahpahaman politik – yang menyebabkan kedua pemimpin atau menteri luar negeri harus duduk bersama untuk menyelesaikan masalah-- Kita tidak memiliki masalah seperti ini. Jadi, agenda hanya akan meningkatkan hubungan bilateral. Itu saja. Tidak ada masalah politik karena memang kita tidak punya masalah.

AA: Dalam konteks geopolitik, apa yang bisa dilakukan Indonesia dan Turki dalam menyelesaikan masalah di negara-negara Islam terutama untuk masalah Palestina?

MEK: Indonesia dan Turki berbagi gagasan umum. Hak-hak Palestina harus dilestarikan dan secara internasional kami telah mengakui hak-hak mereka. Tetapi ada beberapa agresor yang tidak akan pernah menerimanya.

Mereka memiliki lobi di mana-mana bahkan di Timur Tengah. Mereka berusaha meningkatkan pendukung mereka tetapi pada saat yang sama, ada orang-orang Timur Tengah, orang-orang dari dunia Muslim, orang-orang di mana-mana di dunia yang membela keadilan.

Kami memiliki banyak pendukung besar di seluruh dunia tentang masalah Palestina. Baik Turki dan Indonesia berdiri sangat kuat di belakang Palestina. Keduanya bersatu bergandengan tangan untuk membela hak-hak Palestina di segala bidang.

Di PBB, di mana-mana. Bahkan Presiden Erdogan telah menyampaikan deklarasi penting dalam pidatonya di New York bahwa "dunia lebih besar dari lima". Dapatkah Anda bayangkan hanya lima negara yang dapat memutuskan apa pun yang mereka inginkan? Jadi, siapa kita? Jika mereka adalah tuan, maka apakah kita budak mereka? Kita harus meminta hak yang sama berdasarkan populasi penduduk.

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia akan memiliki setidaknya 10 suara dan Turki bisa lima atau tujuh suara. Ini ada hubungannya dengan populasi masing-masing negara yang tidak berdasarkan kekuasaan negara adidaya. Saya pikir kita harus mengatasi masalah ini.

AA: Sebagai pakar tasawuf, apakah Anda memiliki rencana untuk berbagi pengetahuan melalui kolaborasi dengan universitas di Indonesia atau organisasi Muslim di Indonesia dan apa manfaat latar keahlian Anda untuk tugas Anda sekarang?

MEK: Terima kasih banyak, selama 30 tahun terakhir saya telah mengajarkan tasawuf di universitas-universitas Turki. Saya telah menghadiri beberapa konferensi internasional dan saya menjelaskan filosofi sufi dengan referensi khusus tentang tasawuf Utsmani, dan saya mendalami pemikiran Ibnu Arabi, Rumi, dan beberapa tokoh-tokoh lain juga.

Meskipun saya sarjana ilmu politik, tapi saya fokus pada filsafat tasawuf. Sekarang saya diplomat dan saya Duta Besar Turki untuk Indonesia.

Di bidang ini, saya mendapat banyak manfaat dari pemahaman hidup para Sufi.

AA: Jadi secara umum bagaimana Sufisme ini dipahami?

MEK: Islam tradisional di mana pun mendasari pemahamannya pada ajaran sufi, termasuk di Timur Tengah, di Arab Saudi, di Turki selama masa Kekaisaran Ottoman.

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia; selama masa Hamzah Fansuri, selama masa Ar-Raniry, dan selama masa Iskandar. Semua ulama tradisional pada zaman itu adalah ulama sufi, politisi sufi, sultan, raja, mereka berkuasa di berbagai wilayah Indonesia.

Pemerintahan Anatolia, Selcuk, Ottoman, Iran, Pakistan, Maroko, Aljazair, Mesir, Afrika, semua pada zaman tradisional mendasarkan Islam pada pemahaman sufi. Kami sekarang kehilangan ini semua.

Orang-orang Muslim modern menjadi lebih ideologis, lebih politis sekarang ini. Kita kehilangan kedalaman filsafatnya. Jadi ini saatnya kebangkitan filsafat tasawuf.

Kami membutuhkan tasawuf untuk meningkatkan saling pengertian di antara sesama Muslim. Para sufi tidak akan pernah mengkafirkan Muslim lainnya. Sufi terbuka dan menyambut agama-agama lain juga.

Tentu saja kita adalah Muhammadin, kita pengikut Muhammad. Tetapi jika Anda membaca al-Quran, di situ dikatakan apa yang telah kami kirimkan kepadamu, kami juga telah mengirimkan kepada Musa, Isa, dan Ibrahim sebelumnya.

Jadi kita adalah kelanjutan dari sejarah monoteisme, Sunnatullah, hayatullah. Jadi ada satu tradisi yang berasal dari Adam hingga Nabi Mohamad Shalallahu alaihi Wassalam.

Nabi kita adalah Muhammad. Kita mengikuti Muhammad. Jika Anda mengatakan Anda adalah umat Nabi Muhammad, yang berarti termasuk pengikut Nabi Isa dan Nabi Musa.

Jadi ini kesempatan yang sangat bagus, kita lebih inklusif dari yang lain. Meski mereka tidak memasukkan kita.

Jika Anda mengatakan saya seorang Muslim, di dalam teologi Kristen, kita tidak ada.

Di dalam teologi Yahudi, Anda adalah ghoyim, yaitu Anda bukan Yahudi. Mereka mengatakan jika Anda bukan orang Yahudi, Anda adalah budak.

Jadi, bagaimana kita pernah menjadi model bagi umat manusia di abad pertengahan karena sufi. Peradaban Ottoman, peradaban Safawi, peradaban Indonesia, peradaban Islam Asia, semuanya karena tasawuf.

Jika Anda mengunjungi museum sejarah Asia di Singapura, Anda akan melihat banyak dokumen sejarah sufi di sana. Meski sekarang ada masalah lain. Ada beberapa pihak yang mengklaim diri sendiri sebagai sufi, termasuk organisasi teror FETO.

Mereka menggunakan sufi, mereka tidak pernah menjadi sufi. Mereka selalu menggunakan istilah sufi. Tetapi mereka memiliki agenda yang sangat berbeda. Mereka bukan sufi.

Jadi, kita harus berhati-hati dengan sufi autentik.

AA: Apa yang bisa Anda jelaskan mengenai kelompok yang disebut Fethullah Gülen Terror Organization atau FETO kepada masyarakat Indonesia?

MEK: Ini sangat sederhana, sangat sederhana. Saya dapat menggunakan beberapa contoh untuk teman Indonesia sehingga mereka dapat memahami kelompok ini.

Di Indonesia, Anda memiliki dua Kelompok Muslim besar seperti NU dan Muhammadiyah. Tentu saja, ada beberapa yang lain. Tetapi mereka adalah dua kelompok terbesar. NU dan Muhammadiyah memiliki fasilitas pendidikan, mereka juga memiliki fasilitas budaya.

Kedua organisasi memiliki lebih dari 100 juta pengikut. Itu adalah organisasi besar. Beberapa dari anggota mereka mendeklarasikan partai atau bergabung dengan partai politik.

Coba bayangkan, misalnya pemimpin NU tidak pernah puas, karena jumlah anggota yang begitu besar meminta kepada pemerintah untuk menguasai lembaga tertentu, tidak hanya pendidikan tapi juga militer dan intelijen. Ketiga lembaga strategis itu diisi oleh anggota-anggota mereka. Jadi, misalnya, tentara diisi hanya oleh anggota NU. Mereka juga meminta untuk menguasai lembaga intelijen.

Jadi, misalnya, Indonesia hanya dikuasai oleh kelompok NU dan ideologi NU. Kalau sudah begini apa yang bisa Anda lakukan?

Anda sebenarnya bisa saja mendirikan partai yang demokratis, Anda dapat mengikuti pemilu. Jika Anda dapat cukup suara dari Anda bisa berkuasa melalui sarana demokrasi. Tapi masalahnya Anda tidak melakukan cara demokratis, malah mencoba kudeta dan bekerja sama dengan beberapa organisasi mafia.

Beberapa pihak asing juga turut andil dalam misi mereka, misalnya, yang berupaya mengganggu pembangunan Indonesia. Mereka berusaha menghancurkan dan memecah belah Indonesia. Para pihak asing itu memasuk senjata dan uang yang suatu hari digunakan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.

Coba, sebagai orang Indonesia, apa yang Anda pikirkan jika ini terjadi di negara Anda?

AA: Jadi, seperti itu gerakan yang dilakukan oleh kelompok FETO?

MEK: Mereka sejak awal berpikir begitu di bawah pemimpinnya, Fethullah Gulen.

FETO menggalang dukungan dari warga. Kebanyakan orang-orang yang percaya kepada kelompok itu akan memberikan uangnya. Mereka bisa memberikan segalanya. Warga yang mengorbankan segalanya menganggap bahwa mereka murah hati.

Pada awalnya, Presiden Erdogan mempercayai mereka. Pemerintah memberikan banyak kesempatan kepada mereka. Tapi ternyata mereka memiliki agenda tersembunyi. Mereka menusuk kami dari belakang.

Ini sebenarnya yang kami tidak bisa diterima dan kami tidak pernah lupa. Mereka menuntut lebih banyak. Kalau FETO hanya menggarap bidang pendidikan oke tidak masalah. Tapi mereka menuntut untuk menguasai militer. Mereka menuntut untuk menguasai dinas rahasia.

Mereka juga menuntut pengelolaan televisi pemerintah TRT atau Kantor Berita Anadolu. Mereka mau menguasai semua.

Presiden Erdogan menjadi tidak nyaman dengan mereka. Mulai saat itu Presiden secara perlahan-lahan mulai berbicara dengan mereka agar membatasi keinginannya. Jika Anda ingin sebatas menguasai bidang pendidikan, pemerintah Turki akan setuju. Tapi kalau lebih dari itu, Presiden Erdogan tidak akan menerima.

Ini adalah perselisihan pertama dalam sejarah antara kelompok mereka dengan Presiden Erdogan. Pemimpin mereka berhasil keluar dari Turki dan bekerja dengan beberapa negara adikuasa dan beberapa agen rahasia. Mereka menjanjikan karena punya pengikut di mana-mana.

Dia memiliki pengikut di militer, universitas, dan di beberapa lembaga dan organisasi lainnya. Jadi ini adalah kesempatan baik bagi mereka, bagi musuh Turki, untuk menggunakannya sebagai alat.

Mereka siap digunakan. Mereka menerima. Sekali pemimpin mereka memberi komando untuk memberontak, para pengikutnya akan patuh. Mereka siap menjadikan pemimpin mereka Fetullah Gulen menjadi pemimpin mereka dan kelompoknya mengatur negara ini.

Mereka hanya melayani tuan mereka. Mereka tidak pernah melakukannya demi Muslim Turki. Mereka datang untuk melayani kelompok mereka yang menentang Turki dan semua musuh Turki bersatu dalam kelompok ini mendukung Fetullah Gulen.

Bahkan sekarang mereka mendukung propaganda untuk kepentingannya melawan Turki. Mereka tidak pernah mengatakan apa yang pemimpin FETO lakukan. Anda tahu bahwa mereka melakukan kudeta. Alhamdulillah mereka tidak berhasil.

AA: Kalau kudeta tersebut berhasil, apa yang akan terjadi?

MEK: Jika kudeta berhasil, maka dalam 6 bulan mereka – yang berarti Turki – akan menyerang Iran. Mereka akan menciptakan perang besar antara Iran dan Turki. Dan kalau dua negara Muslim berperang, maka pemenangnya adalah mereka yang ada di belakang ini semua.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın