Türkİye

Erdogan: Pasukan Assad harus mundur dari pos pengamatan Turki di Idlib

Pasukan udara dan darat Turki akan bergerak bebas dan memulai operasi di Idlib, Suriah, jika diperlukan

Rhany Chaırunıssa Rufınaldo  | 05.02.2020 - Update : 06.02.2020
Erdogan: Pasukan Assad harus mundur dari pos pengamatan Turki di Idlib Presiden Recep Tayyip Erdogan. (Foto file-Anadolu Agency)

Ankara

Emin Avundukluoglu

ANKARA 

Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa rezim Assad harus mundur dari pos pengamatan Turki di Idlib bulan ini atau masalah akan semakin besar.

"Jika rezim Suriah tidak akan mundur dari pos pengamatan Turki di Idlib pada Februari, Turki akan melakukannya sendiri," kata Erdogan kepada anggota partainya di parlemen, Rabu.

Dia mengatakan bahwa pasukan udara dan darat Turki akan bergerak bebas di semua area dan memulai operasi jika diperlukan.

Rezim Suriah melanggar gencatan senjata yang dicapai di Idlib, tambah Erdogan, mengutip serangan pada Senin, yang menewaskan tujuh tentara Turki.

"Serangan terhadap tentara kami sehari sebelum kemarin adalah titik balik di Suriah untuk Turki," ujar dia.

Presiden menambahkan bahwa setiap serangan terhadap tentara Turki atau sekutunya akan menghadapi pembalasan, tanpa peringatan apa pun, terlepas dari sumber serangan itu.

"Dalam operasi militernya, prinsip utama Turki adalah tidak menyakiti nyawa atau properti orang yang tidak bersalah," tambah Erdogan.

Pada Senin, rezim Bashar al-Assad melancarkan serangan di Idlib, yang menewaskan tujuh tentara Turki dan seorang kontraktor sipil yang bekerja dengan militer.

Setelah serangan mematikan itu, Turki menyerang lebih dari 50 sasaran sebagai pembalasan dan menewaskan 76 tentara Suriah.

Terletak di barat laut Suriah, provinsi Idlib menjadi markas kubu oposisi dan kelompok bersenjata anti-pemerintah sejak pecahnya perang sipil pada 201.

Saat ini wilayah itu dihuni sekitar 4 juta warga sipil, termasuk ratusan ribu pengungsi dari seluruh penjuru negeri yang kehilangan tempat tinggal mereka beberapa tahun terakhir akibat serangan pasukan rezim.

Pada September 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.

Tetapi, rezim dan pasukan Rusia di zona itu terus melanggar gencatan senjata dan menyebabkan lebih dari 1.300 warga sipil tewas.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.