UEA tawarkan uang kepada Essebsi untuk singkirkan al-Nahda dari politik Tunisia
Ketua Dewan Syura Gerakan al-Nahda mengatakan UEA menawarkan uang yang banyak kepada Essebsi untuk revolusi damai yang telah berlangsung selama beberapa periode di Tunisia

Tunisia
Yosra Ouanes, Gülşen Topçu
TUNISIA
Ketua Dewan Syura Gerakan al-Nahda di Tunisia Abdulkarim al-Haruni mengatakan Uni Emirat Arab (UEA) menawarkan uang dalam jumlah yang banyak kepada mantan Presiden Beji Caid Essebsi untuk menyingkirkan al-Nahda dari politik Tunisia.
Dalam wawancara dengan Anadolu Agency, al-Haruni mengungkapkan UEA menawarkan uang pada Essebsi untuk menghancurkan proses demokratisasi yang telah berlangsung sekian lama di negara tersebut.
Tapi sebagai seorang negarawan yang patriotik dan cinta tanah air, Essebsi menolak tawaran tersebut, kata al-Haruni.
Dia menuturkan, dengan menolak tawaran itu Essebsi telah menunjukkan sikap bahwa Tunisia bukanlah negara murahan, melainkan Tunisia adalah negara yang mandiri dan mengetahui kepentingannya.
Kemudian al-Haruni menyoroti revolusi damai telah lahir di Tunisia.
"Kami tidak mengimpor dan juga tidak mengekspor revolusi. Tunisia memilih jalannya sendiri dan mengadopsi transisi demokratis dan perjanjian yang tidak mengecualikan seorang pun," tutur dia.
"Negara-negara ini mencoba merusak keadaan demokrasi kami melalui wakil-wakil mereka di Tunisia," kata al-Haruni menambahkan pasukan anti-revolusioner di dunia Arab berusaha mencegah gerakan revolusioner di negara Musim selama revolusi Arab Spring 10 tahun terakhir.
Al-Haruni mengatakan ketika upaya negara-negara yang berniat buruk ini gagal, mereka mulai mencoba metode lain agar bisa mencapai keinginan mereka.
Contoh satu metode lain itu adalah penawaran uang kepada Essebsi, unkap dia.
"Ketika mereka berhenti berharap mendapatkan sesuatu dari sini, mereka beralih ke Aljazair. Mereka mencoba menyerang demokrasi di Tunisia dengan pasukan di Aljazair, tetapi mereka kecewa ketika Aljazair mengatakan stabilitas Tunisia adalah garis merah.”
Al-Haruni menceritakan negara teluk itu mencoba melakukan serangan kedua untuk menghancurkan perkembangan demokrasi negarnya dari dalam negeri.
Dia menunjukkan suara-suara anti-revolusioner yang ada di dalam parlemen adalah bentuk dari perpanjangan propaganda terhadap demokrasi di negaranya.
Al-Haruni menekankan semua upaya ini tidak akan pernah berhasil, sebab demokrasi Tunisia berdiri dengan kuat, dan Gerakan al-Nahda berjuang untuk persatuan nasional sehingga Tunisia dapat mengatasi kesulitan ekonomi dan sosial.