Mishka Project peringati Hari Migran Internasional 2025 Lewat trunk show perempuan refugee
Sebanyak lima perempuan pengungsi dari negara konflik berbeda tampil membawakan karya fesyen hasil pelatihan dan pendampingan berkelanjutan. Mereka berasal dari Irak, Palestina, dan Somalia,
JAKARTA
Mishka Project memperingati Hari Migran Internasional 2025 dengan menggelar trunk show fesyen yang menampilkan karya perempuan pengungsi. Kegiatan ini menjadi bagian dari International Migrants Day Symposium 2025 bertema My Great Story: Cultures and Development yang diselenggarakan oleh International Organization for Migration (IOM).
Mishka Project menjadi salah satu inisiatif yang diundang IOM untuk berpartisipasi dalam rangkaian acara yang mengangkat kontribusi serta potensi para migran, khususnya perempuan refugee yang saat ini tinggal sementara di Indonesia.
Sebanyak lima perempuan pengungsi dari negara konflik berbeda tampil membawakan karya fesyen hasil pelatihan dan pendampingan berkelanjutan. Mereka berasal dari Irak, Palestina, dan Somalia, yakni Adian A.M Al-Fartthoosi, Aswar Khalid Saad, Fathiya W.J Kheira, Asma Omar Mohamad, serta Amal Abdikadir Boor Ahmed. Trunk show tersebut menjadi ruang ekspresi sekaligus simbol pemberdayaan bagi perempuan pengungsi untuk menunjukkan bakat dan identitas diri melalui fesyen.
Pendiri Mishka Project, Hida, mengatakan program ini dirancang untuk memberikan harapan bagi perempuan pengungsi yang kerap menghadapi tekanan psikologis selama masa pengungsian dan menunggu proses penempatan ke negara ketiga.
“Kami ingin Mishka Project terus berkembang dan konsisten memberi manfaat bagi refugee, khususnya perempuan. Melalui kegiatan positif dan pelatihan keterampilan, kami berharap mereka memiliki bekal sekaligus harapan, baik selama menunggu di Indonesia maupun ketika berada di negara tujuan,” kata Hida.
Hida menambahkan perempuan pengungsi merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kekerasan psikis dan kehilangan rasa percaya diri akibat pengalaman traumatis serta ketidakpastian masa depan. Kondisi tersebut kerap membuat mereka merasa tidak berdaya dan kehilangan motivasi.
Sebelum tampil, para peserta mengikuti berbagai pelatihan sebagai bagian dari program pemberdayaan. Pelatihan fesyen difasilitasi oleh New York of Fashion Global Indonesia, yang membekali peserta dengan keterampilan dasar hingga pengembangan desain, termasuk fashion drawing dan fashion painting.
Selain itu, peserta juga mendapatkan pelatihan modeling dan catwalk yang dipandu koreografer profesional dari Mike Panambunan School of Model untuk meningkatkan kepercayaan diri saat tampil di ruang publik.
Melalui Mishka Project powered by Makaila Haifa, fesyen digunakan sebagai medium edukasi, pemberdayaan, dan perubahan sosial. Inisiatif ini diyakini dapat menjadi sarana bagi perempuan pengungsi untuk membangun kembali kepercayaan diri, mempertahankan harapan, dan merajut mimpi di tengah keterbatasan.
