Menengok Masjid Az-Zikra, masjid ramah lingkungan di Bogor
Bukan hanya tempat ibadah, masjid juga bisa berkontribusi pada gerakan penyelamatan lingkungan

Jakarta Raya
BOGOR
Berdiri megah di atas perbukitan di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, masjid Az-Zikra bisa menjadi gambaran pengelolaan tempat ibadah masa depan di Indonesia.
Sejak selesai dibangun pada 2009, masjid ini mulai mengadopsi kaidah-kaidah ramah lingkungan dalam pengelolaannya.
Masjid kemudian berkembang, tidak hanya menjadi tempat beribadah, tapi juga menebar nilai-nilai konservasi dan pelestarian terhadap masyarakat sekitar.
Ketua Yayasan Az-Zikra Khatib Khalil mengatakan ada empat program utama untuk menerapkan konsep ecomasjid, sebuah konsep yang menjadikan masjid sebagai tempat beribadah yang mempunyai hubungan timbal balik antar-makhluk hidup dan lingkungannya.
Program tersebut adalah penghijauan, konservasi air, sanitasi, dan pengolahan sampah.
Masjid Az-Zikra juga dibangun dengan jendela yang besar dan terbuka agar sinar matahari serta angin leluasa masuk sehingga bisa menghemat penggunaan listrik untuk lampu dan air conditioner.
Lingkungan sekitar masjid kata Khatib juga ditanami dengan berbagai jenis pohon. Targetnya kawasan sekitar masjid menjadi tempat yang teduh, menyimpan air dan menjadi tempat tumbuh berbagai vegetasi.
“Taman-taman ini kami bangun nanti untuk persiapan jadi tempat wisata religi,” ujar dia pada Anadolu Agency, awal November lalu.
Masjid Az-Zikra berdiri di atas tanah seluas 12.600 meter persegi, terdiri dari tiga lantai yang bisa menampung 30 ribu jamaah sekaligus. Masjid ini juga mempunyai fasilitas gedung pertemuan dengan kapasitas yang cukup besar.
Kawasan masjid ini tidak jauh dari Tol Jagorawi. Bangunan terletak kurang lebih 1 kilometer dari gerbang, dengan jalan yang berkelok-kelok dan banyak pepohonan di kanan kiri jalan.
Terletak di bagian tanah paling tinggi, sehingga jamaah harus mendaki puluhan anak tangga untuk mencapai masjid. Sekilas masjid ini seperti “rumah limasan” dengan kubah besar di atasnya.
Di bagian depan, ada dua payung seperti yang ada di Masjid Nabawi mengapit jalan masuk. Biasanya digunakan saat ada jamaah tidak mendapatkan tempat di dalam masjid.
Untuk program konservasi air, masjid Az-Zikra mempunyai sistem penampung air hujan menghemat penggunaan air tanah.
Awalnya, air hujan yang jatuh ke atap masjid disalurkan melalui pipa-pipa dari talang ke 10 tandon air. Masing-masing tandon berkapasitas 4.100 liter, dengan demikian jika penuh sudah bisa menampung sekitar 41.000 liter air.
Jika air hujan membludak, air hujan disalurkan ke ratusan sumur resapan di sekitar masjid. Air di tandon inilah yang digunakan untuk berwudu, mandi para santri dan keperluan lain.
Sisa air wudu juga diolah agar bisa digunakan kembali. Air disalurkan ke bak-bak penampungan yang diolah agar bisa digunakan kembali untuk mencuci, menyiram tanaman maupun urusan lain.
“Semua limbah yang dibuang oleh masjid harus sudah aman bagi lingkungan,” ujar Khatib.
Satu lagi program konservasi air adalah dengan membuat jamaah menghemat penggunaan air wudu.
Mereka menggunakan teknik sederhana, yaitu menyumpal sambungan kran dengan karet bekas sandal jepit yang dilubangi tengahnya. Teknik ini bisa menghemat air, dari rata-rata 14 liter tiap kali wudu bisa menjadi hanya 4 liter.
“Ini teknik sederhana tapi sangat efektif,” ujar dia.
Tidak hanya itu, masjid ini juga mengolah limbah organik menjadi biogas yang dimanfaatkan untuk memasak di kantin.
Untuk sampah, pengurus masjid melibatkan warga sekitar mengelolanya. Mereka membakar sampah dengan teknik yang lebih ramah lingkungan dengan Tungku Bakar Sampah (TBS) yang dilengkapi perangkat “pencuci asap” berupa air sebagai filter untuk menangkap partikel-partikel asap.
Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH-SDA) Majelis Ulama Indonesia Hayu Prabowo mengatakan masjid bisa berperan besar dalam pelestarian lingkungan.
Konsep ecomasjid yang diterapkan mengikuti standar Green Building Council International (GBCI) dengan rating tools Greenship Homes. GBCI adalah sebuah lembaga sertifikasi dan kredensial dalam industri bisnis hijau dan keberlanjutan.
Di Indonesia kata dia ada 800 ribu masjid, jika masing-masing masjid mempunyai program seperti itu, maka akan ada gerakan besar penyelamatan lingkungan.
Menurut dia salah satu solusi persoalan lingkungan hidup adalah menggunakan nilai-nilai religius, seperti ajaran agar manusia bermanfaat lingkungan dan menjaganya.
Menurut dia, memakmurkan masjid tidak bisa hanya dengan kegiatan keagamaan, namun juga mengajarkan umat untuk menghindari krisis dengan menjaga lingkungan.
“Masalah lingkungan itu intinya adalah perkara moral. Karena selama ini manusia menjadikan lingkungan hanya objek eksploitasi, bukan sesuatu yang harus dipelihara,” ujar dia.
Masjid, menurut Hayu bisa mengubah pandangan tersebut menjadi lebih ramah lingkungan. Karena menurut ajaran agama, manusia merupakan makhluk Allah yang berkewajiban menjaga lingkungan sehingga tidak boleh merusaknya.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.