Nasional

Indonesia kirim pasukan tambahan ke Papua Barat

Polri dan TNI mengirim total 18 kompi pasukan sebagai tindak lanjut demonstrasi yang berujung ricuh di sejumlah kota

Nicky Aulia Widadio  | 21.08.2019 - Update : 22.08.2019
Indonesia kirim pasukan tambahan ke Papua Barat ILUSTRASI. Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri menggelar apel siaga menjelang pemilihan umum di International Expo Kemayoran, Jakarta, Indonesia pada 14 April 2019. (Anton Raharjo - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA 

Indonesia mengirimkan pasukan Brimob dan TNI tambahan ke Papua Barat menindaklanjuti unjuk rasa yang berujung ricuh di Manokwari, Sorong, dan Fakfak beberapa hari belakangan.

Polri telah mengirim 15 kompi pasukan dari wilayah Sulawesi, Maluku dan Bali hingga Rabu. TNI juga mengirimkan tiga kompi pasukan ke Manokwari dan Sorong.

“Bapak Kapolri memerintahkan Asisten Operasional untuk BKO pasukan di Papua Barat di beberapa kota tentunya sesuai perkiraan intelijen,” kata Juru bicara Polri Inspektur Jenderal M Iqbal di Jakarta, Rabu.

Dia menegaskan pasukan tersebut tidak dibekali dengan peluru tajam dan akan mengutamakan langkah persuasif untuk meredam konflik.

“Kami ingin mengedepankan upaya komunikasi dengan saudara-saudara kita sesuai dengan SOP,” ujar dia.

Situasi di Manokwari dan Sorong telah kondusif pada hari ini setelah massa menggelar aksi pada Senin hingga Selasa.

Namun pada hari ini kericuhan justru terjadi di Kabupaten Fakfak saat aksi massa yang memprotes perlakukan rasis dan diskriminasi terhadap mahasiswa Papua di Jawa Timur.

Massa membakar Pasar Tumburani dan Kantor Dewan Adat Fakfak. Polisi sempat menembakkan gas air mata.

Kapolres Fakfak AKBP Deddy Foury Millewa mengatakan situasi di Fakfak telah berangsur kondusif pada Rabu siang, meski sekolah, perkantoran, pertokoan masih belum beroperasi.

Menurut Deddy, dua kompi pasukan tambahan Polri dan TNI telah tiba di Fakfak untuk memperkuat pengamanan.

Aksi unjuk rasa yang berujung ricuh merupakan buntut dari pengepungan mahasiswa Papua oleh aparat keamanan dan organisasi masyarakat di Surabaya, Jawa Timur pada 16-17 Agustus lalu.

Sebanyak 43 mahasiswa digelandang ke Kantor Polres Surabaya karena diduga merusak bendera merah putih.

Diduga penggerebekan dipicu kesalahpahaman setelah Bendera Merah Putih milik Pemerintah Kota Surabaya jatuh di depan asrama. Polisi kemudian memulangkan ke-43 mahasiswa tersebut pada Minggu dini hari.

Dalam pengepungan tersebut, terdengar lontaran kata-kata bersifat rasis terhadap mahasiswa Papua.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın