Indeks pembangunan manusia Indonesia tahun 2020 sebesar 71,94
Indeks pembangunan manusia Indonesia berada dalam kategori tinggi sejak 2016 dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 0,78 persen sejak 2010

Jakarta Raya
JAKARTA
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2020 sebesar 71,94 naik dari indeks tahun 2019 yang sebesar 71,92.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan indeks pembangunan manusia Indonesia berada dalam kategori tinggi sejak 2016 dan sebelumnya, IPM Indonesia berada dalam kategori sedang.
“Selama 2010-2020, IPM Indonesia mencatat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 0,78 persen,” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa.
Dia menjelaskan IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).
IPM juga merupakan salah satu indikator target pembangunan pemerintah dalam pembahasan asumsi makro di DPR-RI serta digunakan sebagai salah satu alokator dalam penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).
Suhariyanto menambahkan komponen IPM terdiri dari umur harapan hidup saat lahir penduduk Indonesia yang pada 2020 sebesar 71,47 tahun.
“Umur harapan hidup meningkat 0,13 tahun atau 0,18 persen pada 2020,” jelas Suhariyanto.
Kemudian, rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia pada 2020 sebesar 8,48 tahun yang meningkat 0,03 tahun atau 0,23 persen dari 2019.
Selanjutnya indikator rata-rata lama sekolah pada 2020 sebesar 12,98 tahun meningkat 0,14 tahun atau 1,68 persen dari tahun lalu.
“Indikator pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan pada 2020 sebesar Rp11.013.000, turun Rp286 ribu atau turun 2,53 persen dari 2019,” jelas Suhariyanto.
Dia mengatakan pada tahun ini sudah tidak ada provinsi dengan IPM di kategori rendah atau di bawah 60.
DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan IPM terbaik yakni 80,77 atau dalam kategori sangat tinggi, sementara IPM terendah berada di provinsi Papua dengan indeks 60,44 atau dalam kategori sedang.
“Namun, disparitas IPM antar kabupaten/kota di Papua masih tinggi,” imbuh Suhariyanto.
IPM tertinggi di Papua berada di kota Jayapura sebesar 79,94 sementara IPM terendah berada di kabupaten Nduga sebesar 31,55.
Meski begitu, selisih antara IPM tertinggi dan terendah di Papua semakin mengecil yakni 48,39 poin membaik dari selisih tahun 2019 yang sebesar 49,41 poin.