Dunia, Ekonomi

Pekan Terakhir 2025, Pasar Keuangan Global Bergerak Hati-hati

Burhan Sansarlioglu, Emir Yildirim  | 31.12.2025 - Update : 31.12.2025
Pekan Terakhir 2025, Pasar Keuangan Global Bergerak Hati-hati

ISTANBUL

Pasar keuangan global memasuki pekan terakhir tahun 2025 dengan sentimen optimistis namun tetap dibayangi sikap hati-hati, seiring harapan pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat dan perkembangan geopolitik yang dinilai meredakan ketidakpastian.

Optimisme pasar ditopang oleh perkiraan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve) masih membuka ruang pemangkasan suku bunga pada tahun depan. Selain itu, sejumlah perkembangan geopolitik, termasuk pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk membahas upaya perdamaian, turut memperbaiki sentimen investor.

Sepanjang 2025, pasar global diwarnai kekhawatiran terhadap kebijakan perdagangan proteksionis Presiden Trump. Namun, ekspektasi kebijakan moneter Fed yang cenderung akomodatif membantu menjaga sentimen positif.

Perdagangan di pasar saham global pekan lalu berlangsung campuran akibat libur Natal, dan aliran data ekonomi diperkirakan tetap terbatas hingga pergantian tahun. Volume transaksi juga diprediksi masih rendah menjelang libur Tahun Baru.

Kinerja ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan turut meredakan kekhawatiran atas valuasi tinggi saham teknologi dan kecerdasan buatan (AI), sehingga mendorong minat terhadap aset berisiko. Investor kini menanti petunjuk lanjutan dari pertemuan terakhir Fed terkait arah kebijakan ke depan.

Dalam beberapa pekan terakhir, laju inflasi yang melambat memunculkan spekulasi bahwa bank-bank sentral global dapat mulai melonggarkan kebijakan moneter pada 2026.

Di pasar keuangan AS, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di level 4,14 persen, sementara indeks dolar AS bergerak mendatar di kisaran 98. Tekanan terhadap dolar muncul seiring kemungkinan penurunan suku bunga dan spekulasi penunjukan ketua Fed baru yang berpandangan dovish.

Harga emas turun 0,4 persen ke level US$4.515 per ons, sementara minyak mentah Brent naik 0,7 persen menjadi US$60,8 per barel, didorong ekspektasi peningkatan permintaan dari China tahun depan. Perak mencetak rekor baru di US$84 per ons, ditopang permintaan industri dari sektor panel surya, kendaraan listrik, pusat data AI, serta arus dana ke produk reksa dana berbasis bursa (ETF).

Pekan lalu, emas dan perak sempat menguat akibat ketegangan geopolitik, termasuk pemblokiran kapal tanker minyak Venezuela oleh AS dan serangan udara AS terhadap target ISIS di Nigeria.

Di Wall Street, perdagangan relatif datar dengan volume rendah. Saham Nvidia menguat 1 persen setelah mengumumkan kerja sama lisensi dengan perusahaan rintisan chip Groq. Indeks Dow Jones turun 0,04 persen, S&P 500 melemah 0,03 persen, dan Nasdaq turun 0,09 persen pada akhir pekan lalu.

Di kawasan Asia, bursa saham mayoritas menguat pada perdagangan Senin, kecuali Jepang. Data menunjukkan laba industri China pada November turun 13,1 persen secara tahunan, di tengah tekanan ketegangan dagang AS–China dan lemahnya permintaan domestik.

Meski demikian, sinyal Beijing untuk mendorong ekspansi fiskal memberi sentimen positif bagi pasar saham China. Saham sektor pertahanan di kawasan juga menguat setelah laporan mengenai latihan militer China di sekitar Taiwan.

Sementara itu, risalah pertemuan Bank of Japan bulan Desember menunjukkan sebagian anggota menilai suku bunga riil masih rendah dan membuka peluang kenaikan suku bunga lanjutan. Indeks Harga Konsumen (IHK) Tokyo yang lebih rendah dari perkiraan turut memperkuat spekulasi tersebut.

Pada penutupan perdagangan, indeks Nikkei 225 turun 0,2 persen, Kospi Korea Selatan melonjak 1,9 persen, indeks Shanghai Composite naik 0,4 persen, dan Hang Seng Hong Kong menguat 0,3 persen.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.