Indonesia ajak negara produsen sawit jalankan program mandatori B20
Keberhasilan Indonesia dalam implementasi program B20 serta menargetkan implementasi mandatori B30 yang akan dimulai pada awal 2020 telah meningkatkan harga minyak kepala sawit di atas USD600 per ton

Jakarta Raya
JAKARTA
Indonesia mengajak para negara produsen sawit untuk menjalankan program mandatori B20 agar dapat membantu stabilitas harga sawit dalam pertemuan tingkat menteri Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) di Malaysia, Senin.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan keberhasilan Indonesia dalam implementasi program B20 serta menargetkan implementasi mandatori B30 yang akan dimulai pada awal 2020 telah meningkatkan harga minyak kepala sawit di atas USD600 per ton.
Oleh karena itu, dia ingin mengajak negara penghasil kelapa sawit untuk mengikuti langkah yang dilakukan oleh Indonesia karena terbukti sangat efektif menstabilkan harga minyak kelapa sawit dunia.
Menteri Airlangga mengatakan sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yang diadakan di Bali, 2 November 2017 silam, pada kesempatan kali ini dibahas beberapa masalah penting bagi negara-negara penghasil minyak kelapa sawit.
Dia mengatakan pertemuan tersebut membahas peningkatan produktivitas petani kecil, mengatasi pembatasan perdagangan minyak kelapa sawit di negara-negara konsumen utama, dan mengatasi masalah pasar konsumen utama.
Dalam pertemuan ini juga dibahas sejumlah isu terkini tentang minyak kelapa sawit, termasuk perkembangan inovatif dalam industri minyak sawit dan kemajuan show-casing yang dibuat sejalan dengan kebutuhan global yang muncul untuk kriteria keberlanjutan, skema sertifikasi, proteksi lingkungan, akses pasar dan kebijakan perdagangan internasional.
“Pertemuan ini coba menyatukan dan menyepakati langkah-langkah konkret dalam menghadapi berbagai isu negatif terhadap minyak kelapa sawit,” kata Menteri Airlangga.
Menteri Airlangga menjelaskan dalam pertemuan tersebut disepakati untuk mengajak negara-negara penghasil minyak kelapa sawit untuk meningkatkan kerja sama dalam hal membangun strategi dalam upaya memperbaiki harga pada level yang lebih baik terutama untuk petani/pekebun rakyat.
Kesepakatan lainnya adalah untuk melanjutkan kegiatan promosi dan meningkatkan konsumsi biodiesel untuk menyerap lebih banyak minyak kelapa sawit pada pasar global, termasuk melalui implementasi mandatori B30 di Indonesia pada 1 Januari 2020 yang saat ini sedang berlangsung proses uji coba.
Sementara itu, pada 2020 Malaysia juga berkomitmen mengimplementasikan B20 dan Thailand akan mengimplementasikan B10.
Dia menambahkan dalam pertemuan tersebut disepakati komitmen untuk membangun satu standar bersama sertifikasi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan di 2020.
“Negara produsen sawit juga sepakat untuk terus melanjutkan langkah-langkah konkret dalam upaya menghadapi kampanye negatif terhadap kelapa sawit, termasuk melalui forum World Trade Organization (WTO),” kata Menteri Airlangga.
Dia menambahkan bahwa negara produsen sawit juga mengundang negara produsen kelapa sawit lain di dunia untuk bergabung dalam keanggotaan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).
“Pertemuan menyepakati untuk meningkatkan kesejahteraan di tingkat perkebunan rakyat,” imbuh dia.
Oleh karena itu, Menteri Airlangga mengatakan Indonesia perlu terus mendorong program penanaman kembali (replanting) agar imbal hasil (yield) kelapa sawit bisa ditingkatkan.
“Saat ini, kebun rakyat di Malaysia dan Thailand menghasilkan yield lebih tinggi dibandingkan Indonesia,” jelas dia.
Pertemuan tingkat menteri CPOPC tersebut juga dihadiri oleh Menteri Industri Utama Malaysia Teresa Kok, serta para menteri/perwakilan dari negara penghasil minyak kelapa sawit di dunia, di antaranya Thailand, Kolombia, Nigeria, PNG, Ghana, Honduras, dan Brazil.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.