Türkİye, Dunia

Tujuh tahun berlalu sejak kudeta FETO yang digagalkan pada 15 Juli 2016

Upaya kudeta merenggut nyawa 253 tentara dan warga sipil sebelum dikalahkan dalam waktu hampir 21 jam

Tanju Ozkaya  | 14.07.2023 - Update : 19.07.2023
Tujuh tahun berlalu sejak kudeta FETO yang digagalkan pada 15 Juli 2016

ANKARA

Sudah tujuh tahun berlalu sejak percobaan kudeta pada 15 Juli 2016, ketika rakyat Turkiye melakukan perlawanan kuat terhadap percobaan kudeta berdarah oleh Organisasi Teroris Fetullah (FETO), yang menyerang kerumunan dengan rudal dan peluru tajam.

Berusaha untuk menyusup ke lembaga negara sejak didirikan, FETO melakukan upaya kudeta pada malam tanggal 15 Juli, melancarkan tindakan melanggar hukum yang telah dilakukannya dengan kedok komunitas agama.

Setelah Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) berkuasa dengan 49 persen suara dalam pemilihan umum pada 1 November 2015, FETO terguncang oleh keputusan jaksa di provinsi Izmir untuk menangkap tentara yang berafiliasi dengan kelompok teror.

Setelah berhasil melakukan infiltrasi di militer kelompok teroris itu memutuskan untuk melakukan kudeta setelah menyadari bahwa rencananya tidak akan cukup untuk membalikkan keadaan dengan rencana sebelumnya, termasuk dengan menangkap Wakil Sekretaris Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Hakan Fidan dan pejabat senior lainnya untuk diinterogasi dengan penggerebekan skala besar pada 17-25 Desember 2013.

Pada tanggal tersebut mereka bergerak untuk menahan tokoh-tokoh pemerintah terkemuka, dan menghentikan truk MIT di dekat perbatasan Suriah pada 2014.

Pidato yang direkam oleh pemimpin FETO yang tinggal di Amerika Serikat (AS) Fethullah Gulen pada 19 Maret 2016, diidentifikasi sebagai seruan untuk melakukan kudeta.

Mengikuti perintah Gulen, anggota sipil dan militer dari kelompok teroris tersebut mulai beraksi setelah mereka menyelesaikan persiapan untuk kudeta di Turkiye.

Bulent Aydin, pengawal Komandan Angkatan Darat saat itu Salih Zeki Colak, dibunuh oleh para pemberontak di Markas Staf Umum.

Aydin tercatat sebagai orang pertama yang dibunuh dalam upaya kudeta tersebut.

Investigasi pertama atas upaya kudeta

Jet F-16 lepas landas dari Pangkalan Udara Akinci – digunakan sebagai pusat komando selama upaya kudeta – dan terbang di ketinggian rendah di atas ibu kota Ankara.

Laporan berita pertama tentang pergerakan pasukan di pangkalan muncul pada pukul 10.28 malam.

Saluran TV yang meliput perkembangan, melaporkan bahwa pasukan memblokir Jembatan Bosphorus dan Jembatan Fatih Sultan Mehmet, keduanya membentang di tengah Selat Istanbul.

Perdana Menteri Turkiye saat itu Binali Yildirim, pada pukul 11.02 malam menelepon penyiar swasta NTV dan berkata: "Pemerintah yang mewakili rakyat, masih memegang kuasa. Mereka yang mencoba kudeta ini, mereka yang terlibat dalam kegilaan ini, mereka yang terlibat dalam aksi ilegal ini akan membayar harga terberat."

Kantor Kejaksaan Agung Ankara meluncurkan penyelidikan atas upaya kudeta pada pukul 11.05 malam.

Institusi penting berusaha diduduki

Komplotan kudeta menyerang Departemen Penerbangan Direktorat Jenderal Keamanan di Ankara, diikuti dengan serangan terhadap Departemen Operasi Khusus Polisi.

Selain itu, helikopter yang diambil alih oleh para pemberontak menargetkan kantor MIT di distrik Yenimahalle di ibu kota Ankara.

Di gedung penyiar publik TRT, tentara pemberontak memaksa seorang penyiar untuk membacakan manifesto kudeta dalam siaran langsung.

Seruan perlawanan

Berbicara kepada saluran berita swasta CNN Turk pada pukul 12.24 malam, Presiden Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato bersejarah malam itu, mengubah arah upaya kudeta dan menyerukan rakyat Turkiye untuk turun ke jalan agar menghentikan para pemberontak.

Selama perlawanan terhadap pelaku kudeta di depan Markas Komando Gendarmerie, tembakan helikopter dari tentara pemberontak menewaskan sembilan orang dan puluhan lainnya luka-luka.

Pada pukul 12.56, dua pilot pemberontak menggunakan jet F-16 untuk menyerang Markas Polisi di Ankara, diikuti dengan pelepasan bom kedua sekitar 10 menit kemudian di lokasi yang sama.

Komandan komplotan kudeta dibunuh

Komandan Pasukan Khusus Pesawat Brigadir Jenderal Semih Terzi dari Diyarbakir mendarat di Ankara di Pangkalan Udara Etimesgut pada pukul 01.13 pagi.

Mengetahui bahwa Terzi ditugaskan oleh komplotan kudeta untuk mengambil alih komandonya, Mayor Jenderal Zekai Aksakalli, yang saat itu menjadi komandan Komando Pasukan Khusus, tidak membuang waktu untuk memerintahkan tangan kanannya Omer Halisdemir untuk membunuh Terzi guna membatalkan rencana kudeta mereka.

Ketika Terzi berusaha untuk merebut kendali, Halisdemir menembak dan membunuh Terzi tetapi dia juga ditembak mati oleh tentara pendukung kudeta yang berafiliasi dengan FETO.

Halisdemir sejak itu menjadi mercusuar perlawanan terhadap kudeta yang dikalahkan.

Parlemen diserang

Puluhan warga sipil yang melawan upaya kudeta tewas di depan Markas Staf Umum Militer di Ankara.

Menggunakan segala cara untuk mematahkan keinginan rakyat untuk melakukan perlawanan, komplotan kudeta juga menyerang parlemen negara itu, bersama pilot yang berafiliasi dengan FETO menjatuhkan bom di gedung, dan serangan itu melukai 32 orang.

Kantor TRT dibersihkan dari para pemberontak pada pukul 3 pagi, dan kembali ke penyiaran normal saat komplotan kudeta diserahkan kepada polisi.

Seorang pilot anggota FETO juga mengebom fasilitas fasilitas operator satelit Turki Turksat empat kali antara pukul 03.14 dan 03.19 dalam upaya untuk mengganggu siaran televisi.

Komplotan kudeta yang menduduki menara kontrol Bandara Ataturk Istanbul kemudian "dilumpuhkan" oleh pasukan khusus polisi, dan, tak lama kemudian, pesawat yang membawa Presiden Erdogan mendarat di bandara.

Ribuan orang menyambut Erdogan di bandara.

Menyusul perkembangan di Istanbul, parlemen sekali lagi diserang oleh seorang pilot pemberontak, yang mengebom gedung legislatif untuk kedua kalinya pada pukul 03.24 pagi dan 03.25 pagi dengan pesawat F-16.

Pada pukul 04.00, Kantor Kejaksaan Agung Ankara mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pejabat kehakiman yang berafiliasi dengan FETO dan anggota lain dari kelompok teror yang terlibat dalam upaya kudeta.

Ujung dari upaya kudeta

Pada pukul 6.19 pagi, pilot pesawat tempur anggota FETO lainnya menjatuhkan dua bom di depan kompleks kepresidenan di Ankara. Dalam serangan itu, 15 orang tewas dan tujuh lainnya luka-luka.

Kemudian Kepala Polisi Departemen Kontra Terorisme Turgut Aslan, yang ditahan di Komando Umum Gendarmerie, dan pengawalnya Hasan Gulhan, dengan tangan dan mata terikat, dibawa keluar gedung dan ditembak di kepala oleh seorang kolonel pemberontak. Dalam insiden itu Aslan terluka parah, sedangkan Gulhan meninggal.

Perdana Menteri Yildirim memberi wewenang kepada Letnan Jenderal Ziya Kemal Kadioglu untuk menembak jatuh pesawat yang dikemudikan oleh komplotan kudeta, dan Kadioglu menyampaikan perintah tersebut kepada pilot yang berbasis di timur dan selatan negara itu.

Para komplotan kudeta di Jembatan Bosphorus menyerahkan diri ketika mereka menyadari bahwa upaya mereka untuk merebut kekuasaan telah gagal.

Pada pukul 08.26 pagi, Kepala Staf Militer Hulusi Akar, yang ditahan oleh komplotan kudeta, dibawa dari Pangkalan Akinci ke Istana Cankaya di Ankara dengan helikopter.

Atas perintah Presiden Erdogan dan Menteri Pertahanan saat itu Fikri Isik, landasan pacu utama Pangkalan Akinci dihancurkan untuk mencegah lepas landasnya pesawat oleh tentara pemberontak.

Pada pukul 12.57, Yildirim, Isik, dan Akar mengumumkan pada konferensi pers di Istana Cankaya bahwa upaya kudeta telah berhasil digagalkan.

Maka, berkat kepemimpinan Presiden Erdogan, upaya rakyat Turki dan pasukan keamanannya, kudeta berhasil digagalkan dalam upaya sekitar 21 jam, dengan laporan sekitar 9.000 personel militer, 35 pesawat, 37 helikopter, 74 tank, 246 kendaraan lapis baja, dan hampir 4.000 senjata ringan digunakan oleh para pemberontak.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın