Trump ancam potong dana, Zohran Mamdani tetap fokus jalankan agenda progresif
Mamdani meraih lebih dari 50 persen suara dalam pemilihan yang diikuti tiga kandidat, dengan 91 persen suara telah dihitung, menurut laporan Associated Press
WASHINGTON
Wali Kota terpilih New York City, Zohran Mamdani, berjanji akan menepati komitmennya menjadikan kota terbesar di Amerika Serikat itu lebih terjangkau bagi warganya, sekaligus menjadi contoh bagi Partai Demokrat dalam mengalahkan Presiden Donald Trump dalam pemilu mendatang.
Dalam pidato kemenangannya pada Rabu dini hari, Mamdani, yang akan menjadi wali kota Muslim pertama New York, mengatakan bahwa masa depan politik kota itu harus berpihak kepada banyak orang, bukan segelintir elit.
“Biarlah malam ini menjadi saat terakhir saya menyebut nama lawan saya, karena kita kini menutup bab lama politik yang melayani segelintir orang dan mengabaikan banyak lainnya,” ujarnya, merujuk pada mantan Gubernur New York Andrew Cuomo, kandidat independen yang dikalahkannya.
Mamdani meraih lebih dari 50 persen suara dalam pemilihan yang diikuti tiga kandidat, dengan 91 persen suara telah dihitung, menurut laporan Associated Press.
Dalam pidatonya di Paramount Theater, Brooklyn, ia menyerukan perubahan besar dan menegaskan bahwa New York dapat menjadi contoh bagi bangsa yang menurutnya “telah dikhianati Donald Trump.”
“Jika ada yang bisa menunjukkan kepada bangsa ini bagaimana cara mengalahkan Trump, itu adalah kota yang telah melahirkannya,” kata Mamdani disambut sorak pendukung.
Trump sebelumnya mendukung Cuomo dan bahkan mengancam akan memutus pendanaan federal untuk New York jika Mamdani—yang disebutnya “komunis”—memenangi pemilihan.
Sebagai sosialis demokrat, Mamdani berkampanye dengan agenda progresif yang menekankan keterjangkauan dan keadilan sosial, termasuk janji transportasi bus gratis, penitipan anak universal, toko kebutuhan pokok milik kota, serta perumahan dengan sewa terkendali.
Ia juga menargetkan kenaikan upah minimum menjadi 30 dolar AS per jam pada 2030, yang akan dibiayai melalui kenaikan pajak korporasi dan pajak tambahan bagi warga berpenghasilan tinggi.
Mamdani bahkan menyatakan akan memerintahkan kepolisian New York untuk menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika memasuki wilayah kota, merujuk pada surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan perang di Gaza.
“Tak ada tempat untuk Islamofobia di New York”
Dalam pidatonya, Mamdani menegaskan bahwa ia akan membangun City Hall yang berpihak pada semua warga, termasuk komunitas Yahudi dan lebih dari satu juta Muslim di New York. “Kita tidak akan lagi menjadi kota di mana seseorang bisa menyebarkan Islamofobia dan tetap memenangkan pemilu,” katanya.
Menanggapi serangan bernada anti-Muslim dari lawan politiknya di masa kampanye, ia menegaskan, “Saya muda dan saya seorang Muslim. Saya menolak meminta maaf karena menjadi seorang Muslim.”
Mamdani juga menekankan bahwa New York akan tetap menjadi kota para imigran. “Kota ini dibangun oleh imigran, dijalankan oleh imigran, dan mulai malam ini, dipimpin oleh seorang imigran,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah.
Ia menutup pidatonya dengan kutipan dari mantan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru: “Kadang dalam sejarah, datang saat ketika kita melangkah dari masa lalu ke masa depan, ketika jiwa sebuah bangsa yang lama tertindas akhirnya menemukan suaranya.”
“New York akan menjadi cahaya dalam masa kegelapan politik ini,” katanya. “Kami akan bekerja tanpa lelah untuk memastikan keadilan dan keamanan berjalan beriringan.”
Zohran Mamdani tegaskan tak akan ubah keyakinannya
Kemenangan Zohran Mamdani dalam pemilihan Wali Kota New York terjadi setelah serangkaian pernyataan tegasnya menghadapi sentimen anti-Muslim yang masih muncul dalam politik Amerika Serikat.
Berbicara pada 24 Oktober di depan Pusat Kebudayaan Islam Bronx, Mamdani mengenang meningkatnya islamofobia setelah serangan teror 11 September 2001.
“Tumbuh besar di bawah bayang-bayang peristiwa 9/11 membuat saya tahu apa artinya hidup dalam suasana curiga di kota ini,” ujarnya.
Ia menuturkan bagaimana namanya sering disalahucapkan menjadi “Mohammed” dan bagaimana ia kerap ditanyai apakah memiliki rencana untuk menyerang kota tempat ia tinggal.
Mamdani juga menyoroti masih kuatnya diskriminasi terhadap Muslim di New York.
“Pertanyaan yang lebih besar adalah apakah kita siap mengakhiri sentimen anti-Muslim yang sudah begitu melekat di kota ini, hingga ketika kita mendengarnya, kita tidak tahu apakah kata-kata itu berasal dari seorang Republik atau Demokrat — yang kita tahu hanyalah itu bahasa politik kota ini,” katanya.
Sehari kemudian, pada 25 Oktober, Mamdani merilis pernyataan video yang menanggapi meningkatnya islamofobia dalam pemilihan wali kota. “Seseorang dapat menghasut kekerasan terhadap masjid kami tanpa takut akan kecaman. Pejabat terpilih di kota ini bahkan bisa menjual kaus yang menyerukan deportasi saya tanpa rasa bersalah sedikit pun,” ujarnya.
Mamdani menegaskan, “Saya tidak akan mengubah siapa diri saya. Saya tidak akan mengubah keyakinan yang saya banggakan.”
Ia menambahkan bahwa harapan setiap Muslim di New York sederhana: diperlakukan sama seperti warga lainnya. “Namun terlalu lama kami diminta untuk menurunkan harapan itu dan menerima apa pun yang sedikit kami dapatkan. Cukup sudah,” tegasnya.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
