Trump akui telepon Maduro di tengah meningkatnya ketegangan AS–Venezuela
The New York Times pekan lalu melaporkan bahwa kedua pemimpin sempat berbicara lewat telepon dan mendiskusikan kemungkinan pertemuan, berdasarkan keterangan beberapa sumber
ISTANBUL
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu mengonfirmasi bahwa dia telah berbicara melalui telepon dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Caracas. Namun, Trump menolak memberikan rincian isi percakapan tersebut.
“Saya tidak ingin mengomentarinya. Jawabannya ya,” ujar Trump kepada wartawan di dalam Air Force One saat kembali ke Washington, DC dari Mar-a-Lago, Florida.
Ketika diminta menjelaskan isi pembicaraan, ia menambahkan: “Saya tidak bisa. Saya tidak mengatakan itu berjalan baik atau buruk.”
Pekan lalu, The New York Times melaporkan bahwa kedua pemimpin sempat berbicara lewat telepon dan mendiskusikan kemungkinan pertemuan, berdasarkan keterangan beberapa sumber.
Trump kembali menegaskan sikap kerasnya terhadap Caracas. “Kami menganggap Venezuela bukan negara yang bersahabat. Mereka mengirim jutaan orang, dan banyak di antaranya seharusnya tidak berada di negara kami—dari penjara, geng, hingga pengedar narkoba,” kata dia.
Menanggapi pertanyaan apakah peringatan terbarunya terkait wilayah udara Venezuela menandakan serangan udara akan segera dilakukan, Trump menjawab: “Jangan menafsirkan apa-apa dari itu.”
Konfirmasi ini muncul saat hubungan kedua negara semakin memburuk. Trump sebelumnya menyatakan bahwa wilayah udara Venezuela akan “sepenuhnya ditutup,” pernyataan yang kemudian dikecam Caracas yang menuntut “penghormatan tanpa syarat” atas kedaulatan wilayah udaranya.
Ketegangan juga meningkat seiring ekspansi operasi militer AS di Amerika Latin dalam beberapa bulan terakhir, termasuk pengerahan marinir, kapal perang, pesawat tempur, pembom, kapal selam, dan drone, memicu spekulasi kemungkinan serangan terhadap Venezuela.
Pada Kamis lalu, Trump mengatakan AS akan “segera” mengambil tindakan terhadap jaringan narkotika Venezuela di darat, setelah melakukan 21 operasi militer di laut sejak September yang menewaskan sedikitnya 83 orang.
Pada Minggu, Venezuela meminta dukungan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara anggotanya untuk bekerja sama menghadapi apa yang disebut sebagai “agresi” AS, menyusul tuduhan Maduro bahwa Washington berupaya merebut cadangan minyak Venezuela dengan “kekuatan militer.”
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
