Dunia

Tokoh Palestina: Zionisme gunakan kedok agama

Syekh Ayman Abdul Qodir al-Mabhuh menerangkan Zionisme menggunakan kedok agama untuk memuluskan misinya

04.08.2017 - Update : 06.08.2017
Tokoh Palestina: Zionisme gunakan kedok agama Syekh Ayman Abdul Qodir Almabhuh. (Shenny - Anadolu Agency)

Regional

Shenny Fierdha

BOGOR

Bagi masyarakat Indonesia, kesempatan berinteraksi langsung dengan warga asli Palestina mungkin terbilang langka. Kalaupun ingin berjumpa, warga negara Indonesia (WNI) mungkin harus ikut paket perjalanan umroh yang mencakup perjalanan ke negara Timur Tengah tersebut.

Jumlah orang Palestina yang menyambangi negara lain, termasuk Indonesia, juga terbilang sedikit. Umumnya mereka sibuk berjuang memerdekakan dirinya dari cengkeraman Israel.

Meski demikian, bukan berarti masyarakat Indonesia, khususnya Muslim, tidak bisa mendapatkan informasi langsung soal Palestina. 

Buktinya, Kamis malam, organisasi kemanusiaan Dompet Dhuafa menggelar acara musik “The Sound of Humanity, Palestina adalah Kita” dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap Palestina di Depok, Jawa Barat.

Bintang tamu istimewanya ialah tokoh keagamaan Palestina Syekh Ayman Abdul Qodir al-Mabhuh. Pada acara di Forest Coffee and Food Camp tersebut, ia berbagi pengalamannya tinggal di Gaza dan menginformasikan situasi mutakhir Palestina.

Menurutnya, semakin hari Palestina mengalami kemunduran dari aspek kemanusiaan. Selalu ada bentuk kezaliman baru oleh Israel yang ingin merenggut tanah air Palestina.

Akses pendidikan dan makanan sangat terbatas karena Gaza terisolir dari dunia luar. Hal ini jauh berbeda dengan Tepi Barat.

Jika memberikan label buruk kepada kedua wilayah, bisa dikatakan kondisi di Tepi Barat itu buruk. Namun, kondisi Gaza lebih buruk lagi.

Syekh Ayman menilai bahwa zionisme merupakan dalang di balik keterpurukan Palestina. 

Ia mengatakan negara-negara muslim tetangga Palestina pun seolah bungkam. Zionis telah berhasil menciptakan masalah internal di negara-negara Arab sehingga mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.

“Zionis itu jahat karena gerakan ini berlandaskan pada nilai penjajahan dan sepenuhnya mengesampingkan nilai kemanusiaan. Kaum Yahudi saja menolak paham zionisme,” kata Syekh Ayman kepada Anadolu Agency saat diwawancara usai acara.

Berdasarkan pengetahuannya, kaum zionis sudah berabad-abad lamanya menggunakan kedok agama untuk memuluskan misinya menguasai dunia. Padahal sebetulnya gerakan ini tidak ada hubungannya dengan agama sama sekali, termasuk dengan Yahudi yang selalu dikait-kaitkan dengan zionisme.

Menurut pengalamannya, warga Palestina pun sesungguhnya tak ada masalah dengan kaum Yahudi maupun Nasrani. 

“Nabi Muhammad SAW sendiri saja mengajarkan kami untuk hidup berdampingan dan saling menghormati,” tukas pria kelahiran 18 Juni 1987 itu.

Hal ini bisa dicontohkan saat kawasan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem ditutup. Ketika Muslim Palestina dilarang beribadah, umat Kristen di sekitar kawasan tersebut justru mendukung perjuangan umat Islam untuk bisa kembali sholat.

Selain itu, kata dia, Israel kerap menyesatkan informasi mengenai Palestina dan Masjid Al-Aqsa.

Tujuannya supaya dunia Islam tidak tahu apa-apa tentang kedua tempat itu. Kalau tidak ada yang tahu, tidak akan ada yang peduli dan menolong.

“Masalah Palestina ini gambaran umat Islam sekarang, parameter keadaan kaum Muslim. Semakin baik kondisi di Palestina, semakin baik pula kondisi umat Islam di seluruh dunia,” tegas pemuda yang kini sedang berdomisili di Istanbul, Turki, demi menempuh studi doktoralnya.

Meski begitu, krisis Palestina bukanlah masalah umat Muslim semata. Ini adalah masalah seluruh manusia di dunia. 

Tidak perlu memeluk agama Islam untuk menolong Palestina. Yang perlu hanyalah menjadi manusia seutuhnya dengan rasa kemanusiaan yang tinggi.

“Isu Palestina ini, termasuk Al-Aqsa, bisa menyatukan segenap manusia di seluruh dunia asalkan informasi yang diterima itu benar dan tidak dimanipulasi oleh para zionis,” tutupnya.

Ketika ditanya mengapa ia mau bersusah-payah ke Indonesia, pria asli Gaza tersebut hanya terkekeh dan mengenakan syal bergambarkan bendera Indonesia dan Palestinanya dengan bangga.

“Itu karena Indonesia termasuk bangsa yang masih memiliki kejernihan hati sehingga peka terhadap masalah kemanusiaan terutama Palestina,” ujar dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın