Dunia

Perwakilan Rusia: Mata uang baru dunia akan gulingkan dolar

Penggunaan dolar AS untuk menekan negara-negara lain hanya akan menyebabkan pembentukan mata uang alternatif di dunia

Muhammad Abdullah Azzam  | 16.08.2018 - Update : 16.08.2018
Perwakilan Rusia: Mata uang baru dunia akan gulingkan dolar Ilustrasi. (Foto file - Anadolu Agency)

Moskova

Elena Teslova

MOSKOW

Penggunaan dolar Amerika Serikat (AS) untuk menekan negara-negara lain hanya akan menyebabkan pembentukan mata uang alternatif di dunia. Pada akhirnya, ini akan mengikis status dolar sebagai mata uang dunia, ungkap seorang pejabat Rusia kepada Anadolu Agency pada Rabu.

Anatoly Aksakov, Kepala Komite Pasar Keuangan Negara Bagian Duma, Rusia, mengatakan dolar memperoleh status "mata uang dunia" pada tahun 1944 setelah Perang Dunia II, di mana mata uang negara lain mengalami devaluasi sementara dolar tetap stabil.

Saat itu, banyak pembayaran dilakukan dalam dolar, sehingga dolar semakin mendominasi dalam transaksi internasional.

"Tapi hari ini pemerintah AS melakukan segalanya untuk pembentukan mata uang dunia baru," kata dia.

“Semakin banyak negara yang mempertimbangkan transaksi dalam mata uang nasionalnya. Sementara itu, negara-negara BRICS, Turki termasuk yang tertarik untuk bergabung ke dalamnya, sedang membahas kemungkinan menciptakan mata uang baru untuk melakukan pembayaran dalam BRICS," kata Aksakov mengacu pada blok Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

Pejabat Rusia itu mengatakan mata uang BRICS memiliki prospek yang baik karena blok itu memiliki setengah dari populasi dunia. BRICS juga mengambil bagian 30 persen dari industri dunia, 40 persen pertanian dunia dan penyedia sumber daya alam terbesar.

"Proses pendirian alternatif mata uang dunia akan selesai dalam waktu lima tahun. Ini bergantung pada Washington, karena semakin AS menggunakan dolar untuk melakukan penekanan, semakin banyak negara-negara lain yang termotivasi untuk menolak pembayaran dalam dolar," kata dia.

Aksakov mengatakan banyak negara menolak untuk menggunakan dolar, terlihat dari Tiongkok yang telah mulai membeli minyak menggunakan mata uangnya, yuan. Turki telah menarik simpanan emasnya dari AS, dan Rusia secara signifikan telah mengurangi investasi dari utang yang diberikan pemerintah AS.

"Setelah alternatif mata uang dunia diluncurkan, dolar akan kehilangan signifikansinya, setengah dari nilainya saat ini. Dengan menurunnya nilai dolar, AS akan kehilangan pengaruhnya," tutur dia.

Saat ini, pendapatan produk domestik bruto AS adalah sekitar USD20 triliun, termasuk USD5 triliun pendapatan nasional riil di dalamnya.

"Kita harus mempertimbangkan untuk memberikan kerugian kepada AS sebesar USD15 triliun, karena keuntungan itu didapatkan dari negara lain," kata Aksakov.

Sementara itu, Kepala Komite Urusan Luar Negeri Duma Leonid Slutsky mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Rusia berdiri di samping Turki dalam situasi yang sulit ini.

"Kami di sini, bersama teman-teman Turki kami. Kami senang melihat lira mulai pulih dari guncangan pertama," ungkap dia.

"Rusia juga sempat mendapat kejutan yang sama ketika nilai rubel anjlok pada 2014. Tapi hari-hari kami tidak berakhir disitu.”

"Turki memiliki semua sumber daya yang diperlukan -- kekuatan politik, kekuatan intelektual -- untuk menghadapi tantangan ini. Turki bukan negara yang dapat ditekan dengan serangan terhadap nilai-nilai nasionalnya," ujar dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın