Türkİye, Dunia

Pengungsi Rohingya terancam dengan keberadaan tentara Bangladesh di kamp

Repatriasi lebih dari 2.200 pengungsi ke Myanmar dimulai pada 15 November

Maria Elisa Hospita  | 15.11.2018 - Update : 16.11.2018
Pengungsi Rohingya terancam dengan keberadaan tentara Bangladesh di kamp Ilustrasi pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh pada 07 April 2018. (Arif Hüdaverdi Yaman - Anadolu Agency)

Ankara

Faruk Zorlu

ANKARA

Bangladesh telah mengirim pasukan ke kamp-kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, sementara para pengungsi ketakutan dipulangkan secara paksa ke Myanmar.

Repatriasi lebih dari 2.200 pengungsi Rohingya dimulai pada 15 November.

Sebelumnya, pemerintah mengklaim bahwa repatriasi itu dilakukan secara sukarela, tetapi laporan Guardian mengungkapkan bahwa banyak keluarga Rohingya yang lebih memilih bersembunyi daripada pulang.

"Banyak dari mereka, bahkan yang tak masuk daftar untuk dipulangkan ke Myanmar, bersembunyi," tutur Qatar, 29, seorang pengungsi.

Tentara berada di setiap sudut kamp Jamtoli dan Hakimpara untuk memeriksa orang-orang. Mereka tidak mengizinkan pengungsi bergerak dari kamp ke kamp.

"Orang-orang terlalu takut untuk meninggalkan rumah atau makan. Saat tengah malam, beberapa orang pergi ke kamp-kamp lain dengan menggunakan jalan rahasia," ungkap dia.

Jani, 30, mengatakan keamanan diperketat dua kali lipat di dalam kamp selama dua hari terakhir.

“Ketika matahari terbenam, pasukan keamanan mendatangi setiap titik masuk kamp dan berjaga-jaga di sana sampai pagi. Orang-orang melarikan diri dan menghabiskan malam di hutan atau kamp-kamp lain," ujar dia.

Kepala Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet pada Selasa mendesak pemerintah Bangladesh untuk membatalkan rencana repatriasi karena mengancam keselamatan jiwa para pengungsi dan melanggar hukum internasional.

Rohingya, yang disebut-sebut PBB sebagai kaum paling teraniaya di dunia, telah menderita serangkaian kekerasan sejak puluhan Rohingya tewas dalam kekerasan komunal pada 2012.

Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA) mengungkapkan, sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar.

Dalam laporannya yang berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkapkan", lebih dari 34.000 Rohingya juga dibakar hidup-hidup, sementara 114.000 lainnya dipukuli.

Sekitar 18.000 perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan 115.000 rumah Rohingya dibakar habis.

PBB mendokumentasikan adanya pemerkosaan massal, pembunuhan, pemukulan brutal, dan penghilangan paksa oleh pasukan keamanan Myanmar. Dalam laporannya, penyidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran itu termasuk kejahatan kemanusiaan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.