Ankara
Riyaz ul Khaliq
ANKARA
PBB pada Rabu merilis rincian korban akibat ranjau darat di Afghanistan yang dilanda peperangan.
Patrick Fruchet, manajer program Layanan Tambang PBB (UNMAS) untuk Afghanistan, mengatakan ranjau darat dan bahan peledak lainnya telah menelan 150 korban dalam sebulan.
“Pada 2012, turun menjadi sekitar 36 korban per bulan, jumlah yang masih sangat besar, angka-angka itu melonjak dari tahun ke tahun," kata Fruchet pada Rabu malam.
Dia memperingatkan bahwa para pejabat dan badan-badan PBB terus berjuang untuk menangani peningkatan signifikan dalam jumlah ladang ranjau di Afghanistan.
Fruchet mengatakan lonjakan korban itu terkait dengan meningkatnya konflik antara pasukan pemerintah dan Taliban setelah 2014.
“Pekerjaan badan PBB dan para mitranya dipersulit oleh kenyataan bahwa pihak berwenang hanya mengendalikan sekitar setengah negara,” katanya.
Mendesak lebih banyak dukungan jangka panjang bagi para penyintas ranjau darat, pejabat PBB itu mengatakan bahwa tahun lalu, 1.415 warga sipil Afghanistan terbunuh atau terluka oleh ranjau dan sisa-sisa bahan peledak perang (ERW).
"Delapan dari 10 korban ERW adalah anak-anak," ujar dia.
UNMAS mengatakan sejak 1989, lebih dari 18 juta unit ERW telah dibersihkan, bersama dengan lebih dari 730.000 ranjau anti-personil, termasuk lebih dari 750 bahan peledak rakitan (IED) dan 30.145 ranjau anti-tank, di seluruh dunia.
"Kami masih dalam proses pencegahan dan kami tidak melakukan semua itu dengan baik," kata Fruchet.
Dia mengatakan provinsi Afghanistan yang berada di bawah kendali pemerintah sangat ramah, tetapi tidak di daerah pedesaan di luar ibu kota, di mana pihaknya lebih sering beroperasi di sana.
"Peningkatan pendanaan sangat penting bagi upaya Afghanistan untuk bebas ranjau pada 2023," katanya, mencatat bahwa permohonan dana sebesar USD85.1 juta dari pemerintah untuk kegiatan pembersihan hanya terpenuhi sekitar 50 persen.