Dunia

Negara ASEAN dorong keterlibatan AHA dalam krisis Rohingya

AHA Centre adalah organisasi antarpemerintah yang didirikan negara-negara ASEAN dan bergerak di bidang koordinasi manajemen bencana

14.11.2018 - Update : 14.11.2018
Negara ASEAN dorong keterlibatan AHA dalam krisis Rohingya Pemimpin negara-negara ASEAN melakukan foto bersama dalam upacara pembukaan KTT ASEAN ke-33 di Singapura pada 13 November 2018. ( Anton Raharjo - Anadolu Agency )

Iqbal Musyaffa

SINGAPURA

Indonesia meminta ASEAN melibatkan The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) untuk membantu penyelesaian krisis kemanusiaan di Rohingya.

Presiden Indonesia Joko Widodo menjelaskan AHA Centre adalah organisasi antarpemerintah yang didirikan negara-negara ASEAN dan bergerak di bidang koordinasi manajemen bencana.

"Saya berharap detail mandat dan mekanisme peranan AHA Center dan ASEAN dapat segera diselesaikan," ujar Presiden dalam Sesi Pleno KTT ASEAN ke 33 di Singapura, Rabu.

Menurut Presiden, selama lebih dari 50 tahun kawasan Asia Tenggara dapat menikmati situasi yang aman dan damai.

Sejarah juga mencatat bahwa ASEAN telah menjadi bagian penyelesaian masalah kawasan dan dunia.

"Tahun 1967, ketika kawasan lain di dunia terpecah dan terjebak dalam perebutan kekuasaan dua negara adikuasa, para pemimpin ASEAN sepakat untuk bersatu dan menciptakan kawasan damai dan sejahtera," ucap dia.

Namun, menurut Presiden, ASEAN kini menghadapi tantangan yang berbeda.

ASEAN, kata Presiden, membutuhkan komitmen dari semua negara anggota untuk tetap menjaga perdamaian dan kesejahteraan di kawasan sebagai satu keluarga.

"Krisis kemanusiaan Rakhine State belum juga dapat diselesaikan. Krisis ini telah mengundang kekhawatiran dan menciptakan defisit kepercayaan masyarakat internasional,” tegas dia. 

Sebagai satu keluarga, Presiden menegaskan Indonesia sangat mengharapkan ada langkah maju penyelesaian krisis kemanusiaan ini.

Presiden juga mengungkapkan kekhawatiran apabila krisis kemanusiaan ini dibiarkan terus berlanjut, akan memiliki dampak yang tidak baik bagi Myanmar dan ASEAN itu sendiri.

Indonesia, menurut dia, siap membantu Myanmar. ASEAN saya yakin juga siap membantu Pemerintah Myanmar untuk menciptakan kondisi kondusif di Rakhine State dengan menghormati freedom of movement tanpa diskriminasi dan pembangunan dilakukan secara inklusif.

Dukungan Thailand 

Selain Indonesia, Thailand juga menyuarakan hal yang sama melalui Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha.

Dalam menjaga persatuan dan stabilitas kawasan, kata Prayut, ASEAN harus saling membantu menyelesaikan tantangan regional ini dengan mengingat kepentingan bersama dan kebutuhan negara yang mengalami krisis, dalam hal ini Myanmar.

“ASEAN bisa memainkan peran penting dalam penanganan situasi di Rakhine State secara konstruktif, nyata, dan berkelanjutan,” ujar Prayut.

Menurut Prayut, salah satu upaya yang bisa dilakukan ASEAN adalah memperbesar peran AHA Centre di Myanmar untuk menyediakan bantuan kemanusiaan tambahan kepada masyarakat yang terdampak konflik di Rakhine State dan mendukung proses repatriasi.

“Thailand juga mendukung permulaan dari repatriasi yang kredibel dalam skala yang berarti pada kesempatan paling awal,” tekan Prayut.

Thailand juga meminta ASEAN melakukan diskusi dengan UNHCR untuk membantu proses pembentukan kepercayaan dalam implementasi proses ini. 

Prayut mengatakan ASEAN perlu memastikan ada peningkatan kualitas hidup seluruh komunitas di Rakhine State melalui program pembangunan sosial ekonomi untuk menangani akar masalah di Rakhine State melalui cara yang berkelanjutan.

“Thailand sangat siap untuk mempersiapkan sebuah pusat pengembangan dalam bentuk layanan klinik mobile di Rakhine State,” Prayut berkomitmen.

Seluruh upaya ini, menurut Prayut, harus mempertimbangkan tingkat kenyamanan dari pemerintah Myanmar.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.